Industri Tekstil Picu Air Sungai Tercemar Limbah Akut




Ilustrasi, pencemaran sungai akibat industri tekstil

SANGANER, 5NEWS.CO.ID,- Mayoritas penduduk di Sanganer menggantungkan hidup dari pabrik tekstil rumahan. Curah hujan yang rendah merupakan penyebab utama mengapa mereka tidak dapat bekerja dari sektor pertanian, seperti sebagian besar daerah lain di India.

Meski industri tekstil dapat menafkahi kebutuhan hidupnya, namun di sisi lain, pencemaran air sungai akibat limbah sangatlah berdampak serius dan memprihatinkan.

“Curah hujan Kami sangat rendah. Kami mendapat curah hujan selama musim hujan. Karena sumber daya air yang langka, Kami banyak bergantung pada industri tekstil. Industri tekstil mempekerjakan banyak orang, ada unit kecil dan unit besar. Meski industri ini banyak memberikan pekerjaan, tapi itu mengakibatkan kontaminasi sumber air,” ujar Kanupriya Harish, Direktur Eksekutif Yayasan Jal Bhagirathi, Selasa (17/3/20).

Sementara dalam 50 tahun terakhir, permintaan produk tekstil di Negeri Bollywood terus meningkat. Tak terelakkan, sejumlah pabrik menggenjot produksi dalam waktu singkat demi omzet. Menjadikan sungai tambah terbebani dengan polutan akut.

Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Pepatah itu pantas dialamatkan pada minoritas petani sayuran lokal. Mau tidak mau, mereka terpaksa memakai kualitas air yang sangat buruk dalam bercocok tanam.

“Air yang keluar dari unit tekstil ini sering digunakan untuk menanam sayuran. Yang jelas berdampak pada kesehatan manusia, ketika dikonsumsi oleh manusia,” imbuh Kanupriya.

Pada tahun 2014, Pusat Sains dan Lingkungan (Team Tech) yang berbasis di New Delhi, merilis sebuah studi. Hasilnya mengejutkan! Dari 3 sampel air yang diambil, pihaknya menemukan hanya 1 yang layak minum. Adapun sisanya mengandung polutan beracun dengan tingkat kontaminasi yang sangat tinggi. (h@n)