Jepara, 5News.co.id – Kampus Universitas Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara menggelar seminar internasional dan buka bersama bertempat di Masjid Ar-Robbaniyyun, Sabtu (9/6). Mengusung tema ‘Dinamika Islam Internasional Pasca Arab Spring.’ menghadirkan pembicara dari Iran dan dosen dari UNISNU sendiri. Diselenggarakan oleh panitia gabungan dari BEM, PMII dan Gusdurian.
Baca Juga: PBNU Tegaskan Tidak Ada Kerja Sama NU-Israel
Rektor UNISNU, Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag sebagai Keynote Speaker mengapresiasi acara sore itu, dan menurutnya mengacu kepada sejarah, Islam dalam perkembangannya selalu bertumpu pada penelitian dan kajian ilmiah. Seperti yang dilakukan pendiri NU, Mbah Hasyim Asyari dalam mendirikan organisasi dan pendirian dasar-dasar bernegara karena mengkaji empat mazhab fikih yang ada, tegasnya.
Pembicara dari Iran, Ebrahim Zargar, M.A., mengungkapkan cikal bakal Arab Spring bermula dari Negara-negara diktator yang sudah lama bercokol di negaranya, kemudian terjadi riak-riak kecil dari rakyatnya sebagai bentuk protes dan meledaklah dengan pemberontakan dan akhirnya terjadi perang saudara berkepanjangan hingga sekarang.
Baca Juga: Spanduk “Khilafah” Dengan Logo PKS Dicopot Warga Serpong
“Ada 22 negara Arab dan saat ini hanya empat negara yang setidaknya memiliki sistem stabil dan demokratis, yaitu Irak, Lenanon, Tunisa dan Algeria. Selebihnya diktator, bersisitem kerajaan dan tidak stabil,” katanya.
Ketidakstabilan terjadi karena masuknya ekstrimis yang berafiliasi dengan ISIS dan Ikhwanul Musliminin.
Bermula dari Tunisia ketika menjatuhkan seorang Ben Ali, diktator yang sudah 32 tahun berkuasa. Kemudian terjadi di Mesir, Libya dan Suriah.
Baca Juga: UNDIP Bebastugaskan Pengajarnya Yang Diduga Mendukung HTI
“Satu kesamaan dari semua gerakan Arab Spring di negara-negara itu, yaitu pemaksaan keinginan untuk mendirikan khilafah menggantikan pengusa-penguasa yanga dianggap menindas kepada rakyatnya. Namun nyatanya, sampai sekarang ‘sistem khilafah’ tidak pernah bisa menjadikan hidup Muslimin lebih baik,” tegasnya.
Justru khilafah yang dipertontonkan ISIS semakin menjauhkan Islam dari nilai sejatinya, karena mendistorsi nilai-nilai Islam, katanya.
Sementara itu, M. NashruI Haqqi S. Th. I, M. Hum. Melihat Islam yang dipertontonkan dunia Arab tidaklah cocok diterapkan di Indonesia. Menurutnya, Islam Nusantara ala NU yang lebih pas dan terbukti sejak kemerdekaan hingga kini tetap betahan melawan pengaruh-pengaruh dunia luar.
“Memang pengaruh dunia Arab tidak akan bisa kita tolak, bangsa Indonesia tidak akan lepas dari terpengaruh apa yang terjadi di Arab. Seperti lahirnya HTI, MTA dan gerakan-gerakan ektrimis dan garis keras lainnya. Namun NU berhasil menetralisir pengaruh buruk tersebut,” katanya.
Baca Juga: Spanduk PKS-Khilafah Islamiyah di Bekasi
Lanjutnya, apa yang dilakukan NU dengan mengenalkan ‘Islam ramah’ di tengah gempuran ideologi Wahabi dan garis keras lainnya, justru menjadi inspirasi dunia Islam yang sedang dilanda konflik.
‘Grand Syeikh Al Azhar sendiri ketika datang ke Indonesia dan bertemu dengan ketua PBNU, Said Aqil Siraj, mengapresiasi dengan baik upaya Indonesia dalam melawan gerakan-gerakan yang datang dari luar itu.” Tegasnya. (ma)