Jepara, 5News
Memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni besok, Teater Tuman UNISNU Jepara mengadakan pertunjukan kolosal dengan tema Kebhinnekaan, di Lapangan Basket Kampus, Kamis (31/5) malam tadi.
Baca Juga: Moeldoko: BPIP Perlu Untuk Tangkal Radikalisme
Pesan yang ingin disampaikan adalah bangsa ini tidak akan mencapai kesejahteraan jika tidak terciptanya persatuan, karena begitu banyaknya agama, suku dan bahasa yang ada di negri ini. Jika setiap suku menginginkan dari sukunya yang layak memimpin bangsa ini, maka akan melahirkan kekacauan. Maka diperlukan satu kesepakatan sebagai ideologi bangsa, yaitu Pancasila.
Selepas pertunjukan diadakan diskusi kebangsaan menghadirkan budayawan Iskak Wijaya, dan dosen Tarbiyah Unisnu, Saefudin. Iskak diawal diskusi membacakan pidato Soekarno sekaitan dengan Filsafat Pancasila sebagai dasar negara Indonesia pada 1 Juni 1945.
“Pancasila adalah dasar dan filosofi negara, artinya Indonesia berdiri diatas lima dasar.’ ujar Iskak Wijaya yang juga aktif di medsos itu.
Baca Juga: MUI: Media Jangan Beri Panggung Ustadz Radikal
Menurutnya, pada saat Pancasila dirumuskan oleh berbagai kalangan, berbagai tokoh agama dan suku maka disepakati berdasarkan ketuhanan, Tuhan sebagai dasar agama-agama yang ada agar memiliki nilai luhur.
“Namun Pancasila menjadi mati ruhnya ketika dikerdilkan oleh Orde Baru, bahkan pasca reformasi ketika ide-ide khilafah muncul, NII meneruskan ideologi DI-TII dan penganut ‘agama-agama instan’ semakin mengkerdilkan ideologi Pancasila yang sudah disepakati para pendiri bangsa kala itu.” lanjut Iskak.
Tidak heran jika ideologi pengusung khilafah HTI, Ihwanul Muslimin yang dibawa PKS, lebih mudah memasuki ranah kampus eksak, ilmu-ilmu pasti karena di situ tidak ada diskusi hanya doktrin, lanjut Iskak. ‘Mereka tidak bisa masuk fakultas sastra, agama dan sosial yang terbiasa diskusi dan dialog.’ lanjutnya.
Baca Juga: Menjahit Robeknya Kain Persatuan, Sinta Nuriyah Sahur Bersama di Gereja
Tokoh dari Mesir menyebutkan bahwa salah satu dasar negara yang diakui dan layak dipuji adalah Pancasila di Indonesia, karena meski mayoritas muslim tapi mampu mengakomodir perbedaan-perbedaan yang ada.
Sementara itu, Saefudin, menyebutkan tiga fase Pancasila seperti yang disampaikan Yudi Latif. Yaitu Fase pembuahan, fase perumusan dan pengesahan.
“Fase pembuahan bermula dari kebudayaan nusantara yang sudah ada sejak berabad-abad sebelumnya. Selama 14 abad nusantara berkebudayaan Hindu Budha, 7 abad Islam dan 4 abad oleh Kristen. Fase perumusan yaitu persiapan para tokoh pendiri bangsa dalam menyiapkan dasar negara. Dan Fase ketiga, pengesahan, saat Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonsia.” kata Saefudin.
Menurut dosen asal Batang itu, Bhineka Tunggal Ika adalah satu prasa karya Empu Tantular di masa Majapahit. Awalnya untuk merukunkan masyarakat penganut Hindu dan Budha. “Dan oleh para pendiri bangsa dijabarkan lebih jauh yaitu menyatukan semua suku dan agama tapi semua hidup dalam kesatuan negara, Indonesia.”
Baca Juga: Mendikbud Ancam Tutup Sekolah Yang Ajarkan Radikalisme Dan Kekerasan
Dalam sesi tanya Jawab, Iskak menyebutkan bahwa Islam Nusantara yang digagas NU adalah benteng terakhir dalam melawan ideologi perongrong Pancasila.
“Karena NU didirikan untuk melawan ideologi Khawarij Wahabi di Saudi, kemudian memperkokoh diri mendirikan negara Indonesia, saat ini perongrong Pancasila adalah pemilik idologi yang sama,” pungkasnya. (ma)