(Seri: Munafik Modern)
Penulis: Umar Husain
Bumi nusantara tetiba gaduh, tindakan anggota Banser NU merampas bendera HTI dan kemudian membakarnya menjadi polemik yang sengaja diperpanjang. Menggelikan mengingat gelombang demo itu ‘digerakkan’ oleh sekelompok muslim yang gigih menentang ‘tradisi tauhid’ yang membudaya di kalangan umat muslim di nusantara.
Tradisi tauhid seperti ‘tahlil’ dan wirid yang membudaya secara luas itu, seakan lenyap. Kalah oleh riuhnya kelompok muslim yang gegap gempita menyatakan tidak terima bendera yang sering digunakan organisasi terlarang HTI itu dibakar.
Aneh dan membingungkan, bagaimana bisa mereka yang rajin mengolok-ngolok tradisi tauhid, bahkan menyamakan praktisi tarekat yang mengamalkan wiridan tauhid ‘la ilaha illallah’ seperti orang tripping. Gila bukan?
Perbedaan antara seorang muslim dengan munafik ada pada hasil karyanya. Keyakinan seorang muslim akan mendorongnya bekerja dalam menciptakan kedamaian.
Berbeda dengan munafik, dia akan berpikir keras dan berkarya dalam menciptakan kegaduhan, provokasi dan perpecahan. Belajar dari sejarah, bagaimana segelintir munafik yang tinggal di Madinah selalu menggoreng isu untuk membuat gaduh. Kebetulan saja ‘pola’nya sama. Setiap saat mereka mengintai dan memanfaatkan kesempatan yang datang untuk berbuat onar.
Pentolan munafik Madinah kala itu, Abdullah bin Ubay bin Salul memanfaatkan pertengkaran pribadi antara Jahjah bin Mas’ud al-Ghifari dan Sinan bin Mas’ud al-Juhani, dan mengolahnya menjadi isu pertengkaran antara muhajirin dan anshar. Di kesempatan lain, dia juga memainkan lidah busuknya dengan menggoreng kejadian tertinggalnya Ummul Mukminin Aisyah binti Abi Bakar dari kafilah dean menebar isu miring perzinahan.
Allah SWT tak rela dengan ulah segelintir orang yang seenaknya membuat gaduh dan gigih menggoreng isu. Wahyu diturunkan, ‘tangan-tangan’ Nya pun bekerja. Setiap kali mereka menyalakan ‘api’, agen-agenNya juga bergegas untuk memadamkannya.
Syeikh Dr Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy dalam “Fiqhus Sirah”, menyebutkan kisah Masjid Dirar merupakan puncak tipu daya orang-orang munafik kepada Nabi Muhammad SAW, baginda kemudian mengambil tindakan tegas berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
Bagaimana polah tingkah dan cara berpikir orang munafik itu? Al Quran bahkan menceritakan karakter dan kelakuan mereka di bagian awal kitab suci.
Al Quran surat Al Baqarah ayat ke 8 menyebutkan:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ (٨)
Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.(8)
Ayat selanjutnya:
يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۚ وَمَا يَخْدَعُوْنَ اِلَّآ اَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُوْنَۗ (٩)
Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.(9)
Berikutnya:
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌۙ فَزَادَهُمُ اللّٰهُ مَرَضًاۚ وَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ ۢ ەۙ بِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ (١٠)
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.(10)
Hingga beberapa ayat setelahnya yang menunjukkan kelakuan busuk kelompok munafik:
وَاِذَا قِيلَ لَهُم لآ تُفسِدُوا فِى الاَرضِ قآ لُوا اِنَّمآ نَحنُ مُصلِحوُنَ(١١)
Dan apa bila di katakan kepada mereka ” janganlah berbuat kerusakan di bumi” mereka menjawab,”sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.”(11)
اَلآ اِنَّهُم هُمُ المُفسِدُونَ وَلَكِن لاَّ يَشعُرُونَ(١٢)
Ingatlah,sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan tetapi mereka tidak menyadari.(12)
وَاِذَا قِيلَ لَهُم آمِنُوا كَمآ آمَنَ النَّاسُ قآلُوا اَنُؤ مِنُ كَمآ آمَنَ السُفَهآءُ اَلآ اِنَّهُم هُمُ السُفَهآءُ وَلَكِن لاَّ يَعلمُونَ(١٣)
Dan apabila di katakan kepada mereka,”berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!”mereka menjawab”apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?”ingatlah,sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal,tetapi mereka tidak tahu.(13)
وَاِذَا لَقُواالَذِينَ آمَنُوا قآلُواآمَنَّا وَاِذَا خَلَوااِلَى شَيَطِينِهِم قآلُوا اِنَّا مَعَكُم اِنَّمآ نَحنُ مُستَهزِءُونَ(١٤)
Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman,mereka berkata,”kami telah beriman”tetapi apa bila mereka kembali kepada setan-setan(para pemimpin) mereka, merekaberkata,”sesungguhnya kami bersama kamu,kami hanya berolok-olok.”(14)
اَللهُ يَستَهزِئُ بِهِم وَيَمُدُّهُم فِى طُغيَا نِهِم يَعمَهُونَ(١٥)
Allah akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang ambing dalam kesesatan.(15)
Rangkaian ayat-ayat itu ditujukan kepada siapa?
ونزل في المنافقين …
Dalam Tafsir Jalalain dan kitab tafsir lain disebutkan bahwa rangkaian ayat tadi ditujukan kepada kelompok MUNAFIK.
(bersambung…)