Menipu (Lagi) dengan Aksi “Bela Tauhid”

5News.co.id

Istilah “Bendera Tauhid” sesungguhnya tidak pernah dikenal dalam sejarah. Dengan kata lain, tak ada yang disebut sebagai “bendera Tauhid”. Bahkan, Kerajaan Arab Saudi yang bendera-nya nyata-nyata bertuliskan kalimat Tauhid tak pernah disebut benderanya sebagai “Bendera Tauhid”.

Sekaitan dengan pembakaran bendera bertuliskan kalimat Tauhid yang dilakukan oleh anggota Banser di Garut, pihak kepolisian nyata-nyata telah menyebut bahwa bendera yang dibakar itu adalah Bendera HTI.

Dan pabila mengacu pada setiap aksi yang pernah dilakukan oleh HTI–sebelum gerombolan ini dinyatakan ilegal di NKRI–maka memang HTI-lah yang selalu mengibar-ngibarkan bendera hitam bertuliskan kalimat Tauhid tersebut. Pun, membaca buku yang ditulis sendiri oleh pendiri Hizbut Tahrir, organisasi ini memang nyata-nyata memiliki bendera sebagaimana bendera yang dipergunakan dalam aksi-aksi HTI tadi.

Ketika kasus Ahok terjadi, ormas lain–semacam FPI–ikut-ikutan mengibar-ngibarkan bendera hitam bertulis kalimat Tauhid tadi. Dari sinilah, Bendera HTI yang HTI-nya sendiri telah menjadi ormas terlarang seringkali dikibar-kibarkan dalam aksi-aksi yang mereka sebut sebagai aksi bela agama, dan yang paling terkini adalah “aksi bela Tauhid”.

Secara kasat mata, adanya aksi “Bela Tauhid” tampak jelas sejalan dengan teriakan 2019 Ganti Presiden. Jelas pula bahwa peserta aksi menunjukkan dukungan terhadap Prabowo-Sandi. Ini tak ubahnya dengan peristiwa aksi-aksi bela Islam atau bela ulama–dengan target kriminalisasi terhadap Ahok–yang sebenarnya memiliki tujuan politis mendukung Anies-Sandi pada Pilgub DKI.

Meskipun para ulama, juga pihak aparat keamaan, sudah nyata-nyata menerangkan bahwa yang dibakar oleh oknum Banser itu adalah Bendera HTI, tetapi kelompok yang sama, kubu yang sama, yakni yang selama ini seringkali mengadakan aksi-aksi bela Islam atau bela ulama, tetap saya memaksakan diri menyebut bendera HTI tersebut sebagai Bendera Tauhid.

Ini bisa dimaklumi sebab penggunaan istilah “Tauhid” akan menarik secara emosional. Ummat yang tahunya memiliki semangat menggebu-gebu membela agama akan dengan mudah diprovokasi bila agamanya diciderai. Terlebih soal tauhid. Betapa mengagumkannya kan? Siapa yang tak mau membela keyakinan (Islam)nya jika kalimat Tauhid dilecehkan??

Bandingkan misalnya jika seruan-seruan yang mereka dengar itu adalah fakta bahwa bendera yang dibakar oknum banser tadi adalah Bendera HTI. Maka siapa yang sudi membela HTI–yang nyata-nyata menjadi ormas terlarang di negeri ini?

Supaya ummat terkelabui dengan fakta yang demikian, para penjual agama untuk kepentingan politik itu pun terus-menerus menggoreng isu bahwa yang dibakar oleh oknum Banser tadi adalah Bendera Tauhid!

Dengan cara ini, sentimen ummat akan tetap terjaga, gairah membela agama tetap berkobar-kobar, sedemikian rupa sehingga teriakan ganti presiden dan dukung Prabowo-Sandi tetap nyaring terdengar!

Itu jika persoalan ini dikaitkan dengan politik saat ini. Belum lagi jika dikaitkan dengan agenda besar para pengusung khilafah yang memang tak pernah padam untuk berupaya mengganti sistem yang berlaku di negeri ini dengan sistem khilafah.

Dilarangnya ormas HTI tak berarti matinya keyakinan para anggotanya tentang sistem khilafah. Malah sebaliknya, dibubarkannya HTI justru membuat wabah ideologi khilafah menyusup dan menyebar ke mana-mana.(mm)

Komentar