Pati, 5News.co.id,— Kepala Desa Mintobasuki Santoso menduga pelaku terduga pencabulan anak kandung di desanya memiliki kelainan. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari warga, MO (37) cenderung tertutup dan tidak bergaul dengan warga yang lain. Demikian dikatakan Kades Mintobasuki saat ditemui wartawan di kantor Balai Desa, Rabu (17/10) pukul 10.00 WIB pagi.
Baca juga: Bejat! Ayah Kandung Cabuli Anak Sendiri
“Terduga pelaku itu orangnya tertutup dan jarang bergaul dengan warga lain. Kegiatan-kegiatan rutin seperti arisan RT saja tidak pernah ikut,” ujar Santoso.
Terkait warganya yang diduga menjadi korban pencabulan, Santoso membenarkan adanya laporan itu. Santoso menuturkan bahwa selang sehari setelah ibu korban mengetahui kelakuan bejat suaminya, pihak keluarga korban datang melapor kepadanya. Oleh Santoso keluarga korban disarankan untuk langsung melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
“Kalau tidak salah, keluarga korban datang hari Minggu tanggal 7 Oktober lalu dan saya sarankan untuk segera melaporkan ke Polres Pati,” katanya.
Kades Mintobasuki itu juga mengatakan bahwa saat ini, warganya masih khawatir dan was-was dikarenakan belum ada tindakan lebih lanjut dari pihak kepolisian. Mewakili warga desa Mintobasuki, Santoso berharap agar kasus ini bisa segera ditangani dan diselesaikan oleh pihak yang berwajib.
Baca juga: Didemo Lantaran Diduga Selingkuh, Kades Wedusan Dukuhseti Laporkan Warganya
Dilain pihak S (42) Ibu korban mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak menyangka suaminya tega melakukan perbuatan semacam itu. Keakraban antara MO dan EY putrinya dianggapnya tak lebih dari kedekatan seorang ayah kepada putrinya.
“Piyambake numbaske hp putrine, nek wonten WA saking kancane lanang piyambake nesu (putrinya itu dibelikan handphone, kalo ada WA [Whatsapp-red] dari teman laki-laki dia langsung marah-marah),” tutur S dalam bahasa jawa.
S menyatakan merasa khawatir dan was-was terhadap putrinya yang sejak beberapa hari lalu sudah kembali bersekolah. Dia takut jika terjadi sesuatu saat putrinya tidak berada di rumah. S menceritakan bahwa OS beberapa kali berusaha menghubungi putrinya dan mengajaknya bertemu.
“Bapake nate telpon, nggih sms ngejak ketemu teng Gempolsari ( bapaknya pernah telpon dan sms ngajak ketemu di Gempolsari),” imbuhnya.
S juga mengaku dirinya belum merasa tenang sebelum MO ditangkap dan ditahan. Dalam bahasa jawa yang kental dia menyatakan kekhawatirannya akan keselamatan EY jika MO masih dibiarkan bebas berkeliaran.(hsn)