(Seri Bijak Bersosmed)
Penulis : Umar Husain
Manusia adalah mahluk hidup dengan seperangkat organ yang diatur oleh sistem yang rumit. Satu sama lain terhubung dan terkoordinasi. Salah satu organ penting manusia adalah otak. Di dalam organ ini, seluruh aktivitas organ lain diatur dalam sebuah sistem yang unik dan menakjubkan. Otak manusia memiliki beberapa bagian dengan fungsi yang berbeda-beda. Salah satunya adalah bagian yang disebut dengan amygdala.
Baca juga: Sosial Media, Dampak Psikologisnya pada Remaja
Amigdala adalah bagian otak yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan tubuh dalam merespon situasi darurat dan menyimpan kenangan. Saat kita kaget, spontan kita melakukan tindakan tertentu dengan cepat. Contoh ketika tiba-tiba ada ular di hadapan kita, biasanya, spontan kita lari. Atau di tengah jalan, tiba-tiba ada orang memaki kita, spontan kita akan melawan dengan balas memaki atau bahkan menantangnya berkelahi.
Selain itu, bagian otak ini juga menyimpan kenangan, yang baik maupun yang buruk. Respon setiap orang akan panasnya api sama, mereka akan menjauh darinya. Apalagi mereka yang kulitnya pernah melepuh karena terbakar. Pengalaman traumatis seseorang akan membuatnya menjauh dari sumber penyebabnya. Ini adalah kerja dari migdala.
Dapatkah migdala dimanipulasi agar menghasilkan respon tertentu? Tentu bisa. Contohnya dimasa kecil kita, tak jarang orang tua kita menakut-nakuti kita dengan sesuatu, dengan tujuan agar kita melakukan perintahnya. Bagi orang jawa, orang tua sering menegur saat anaknya meletakkan kedua tangannya dikepala sambil duduk santai. Istilahnya ‘ngalup’, dengan tujuan agar sang anak tidak terbiasa duduk santai atau bermalas-malasan.
Apapun alasannya, teguran yang sama dan berulang dari generasi ke generasi itu efektif dalam membentuk karakter dan sikap anak. Bukti bahwa amigdala bisa dimanipulasi dan menghasilkan respon tertentu.
Di dalam media sosial juga sama, informasi yang secara simultan dan terus menerus kita terima,akan membangun memori tertentu di otak kita dan tubuh kita juga akan meresponnya. Jika seseorang dicitrakan baik secara terus menerus, lama-lama kita akan menganggapnya demikian, dan sebaliknya. Image yang terbangun melalui informasi itu, akan mengendap di memori otak, dan mempengaruhi sikap dan tindakan kita sesuai dengan baik atau buruknya obyek dari informasi yang kita terima.
Ngerinya jika informasi itu dimanipulasi dan digaungkan secara simultan dan terus menerus. Memori manusia tanpa sadar akan menyimpannya dan tubuh juga akan merespon. Bayangkan jika informasi jahat itu diproduksi oleh orang-orang jahat, dilakukan secara masal dan terus menerus. Dampak kerusakannya bisa berskala nasional, bahkan lebih besar lagi.
Makanya, dalam ber-medsos kita tidak boleh sembarangan menerima informasi, tanpa mengecek atau menanyakan kebenarannya kepada yang ahli. Jangan sampai kita menjadi ‘keranjang sampah’ informasi manipulatif atau hoax.
Bijaklah dalam ber-medsos kawan.