Waspada! Ratusan Anak Indonesia Alami Gangguan Ginjal Akut Misterius

Ilustrasi Gangguan Ginjal Akut (Batu Ginjal). (Foto: Istockphoto/wlldplxel)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Ratusan anak di Indonesia dilaporkan mengalami gejala gangguan ginjal akut misterius, hingga kini penyebabnya masih belum diketahui.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan kasus gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI) sudah menyebar di 20 provinsi di Indonesia.

Pada keterangan IDAI per 14 Oktober, penyakit ini telah mencapai 180 jiwa yang mulanya dari 152 jiwa di Indonesia. Lonjakan kasus bulanan tertinggi tercatat terjadi pada September 2022 dengan 76 kasus yang dilaporkan.

“Memang data yang terkumpul itu sementara ada 180-an (kasus), dan ini terus berubah dinamis, ya, di 20 provinsi,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) dalam live Instagram Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Selasa (18/10/2022).

“Kami mengumpulkan data sejak September itu, kita bikin google form ke seluruh anggota (IDAI). Kelompok (penderita) yang paling banyak itu 1-5 tahun. (Jenis kelaminnya) laki atau perempuan saya mesti lihat lagi,” tambahnya.

Kasus penyakit ini sendiri lebih dominan menyerang anak di bawah umur (balita). Untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan lebih lanjut, IDAI bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuat tim khusus untuk menyelidiki kasus penyakit ini.

Menurut Piprim, ada dugaan penyebab gangguan ginjal akut mengarah pada Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) pasca Covid-19.

“Tidak seperti MIS-C umumnya, tata laksana yang diberikan pada anak-anak dengan AKI progresif ini tidak memberi hasil yang memuaskan. Kalau anak-anak yang MIS-C dikasih treatment, ini cepat membaik. (Tapi AKI) ini enggak ngaruh,” tuturnya.

“Tapi ada juga pengalaman yang dikasih treatment (untuk pengobatan MIS-C), membaik. Jadi ada yang membaik ada yang tidak membaik,” imbuhnya.

Anggota IDAI dokter spesialis anak konsultan Henny Adriani mengungkapkan gejala-gejala yang dialami pada pasien di Indonesia selama ini, yakni sama pada gejala penyakit ginjal pada umumnya.

“Selalu dimulai dari produksi urine menurun, kemudian tidak kencing sama sekali,” ungkap Henny.

Tak hanya itu, sebelum produksi urine yang menurun, anak juga umumnya dilaporkan mengalami beberapa gejala infeksi pada umumnya, seperti demam, diare, batuk dan pilek.

Gejala yang lebih parah akan muncul saat fungsi ginjal sudah menurun sekitar 50 persen. Dalam kondisi ini, pasien akan mengalami beberapa gejala tambahan. Seperti badan membengkak, napas cepat dan mendalam, gangguan elektrolit, hingga kejang karena tekanan darah tinggi. (hus)