Viral Staf KLHK Marah-marah dalam Seminar yang Diadakan Universitas Brawijaya Tentang Komodo

Webinar komodo UB. (Foto: HIMAP UB/YouTube)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Salah satu staf di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia, Moko sewot atau marah-marah dalam webinar yang bertajuk Taman Nasional Komodo & Jurassic Park ‘Konservasi atau Investasi?’.

Dalam kesempatan itu, Moko tidak terdaftar sebagai pengisi materi. Adapun, perwakilan KLHK yang mengisi materi dalam webinar tersebut sejatinya adalah Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam Ekosistem (KSDAE), Wiratno.

Moko sebagai staf Wiratno dipersilakan untuk berbicara karena sang dirjen yang meminta waktu khusus kepada moderator untuknya.

Moko lantas meminta moderator untuk kembali menampilkan slide atau salindia salah satu pemateri dari peneliti Sunspirit for Justice and Peace, Venan Haryanto. Moko pun menyatakan tulisan di dalam slide itu membuat pihaknya tersinggung.

“Bu Lusi [moderator] ada satu slide dari pak Venan, mohon berkenan dibaca; ‘Selamatkan Taman Nasional Komodo dari Kejahatan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” ucap Moko dalam webinar itu yang diakses di Youtube HIMAP UB, Kamis (16/9).

Wiratno pun mempertanyakan maksud dari slide itu dan bergantian mencak-mencak dengan Moko. Mereka menilai slide itu berisi tuduhan bahwa KLHK telah melakukan kejahatan lingkungan.

“Apa maksudnya ini?” sahut Wiratno.

“Memang kami penjahat? Kami bukan penjahat wey!” sambung Moko dengan nada tinggi.

Dengan nada tinggi lagi, Moko pun meminta  kepada pemateri untuk membuat materi yang sopan dan tidak boleh menyinggung KLHK.

“Harus ada kesopanan dalam membuat slide kepada KLHK!” tegasnya.

Setelah kata-kata itu keluar dari Moko, Wiratno juga langsung mengingatkan agar pemateri lebih hati-hati. Sebab, kata dia, jika sampai kena tegur Komite Warisan Dunia UNESCO, Indonesia akan malu.

“Bikin malu itu. UNESCO bisa tegur itu. Ini kan hoaks. Kalau UNESCO ngomong,  itu lembaga internasional. Memalukan kita itu,” katanya.

Kemudian, salah satu peserta webinar itu berbicara mengungkapkan kekecewaannya pada Wiratno dan Moko sebagai perwakilan KLHK.

“Bagaimana lembaga pemerintah kok ada mengancam-ancam. Kok bisa di depan mahasiswa. Pemerintah bagaimana dong sudah ditegur UNESCO?” kata peserta webinar itu.

“Bapak [merujuk ke staf KLHK] sepertinya baru gabung ya? Saya peserta biasa saya paham dengan penjelasan Pak Venan. Itu ada konteksnya, tapi kok bapak mengancam ini, barang ini. Wakil pemerintah itu harus wise pak dalam menanggapi suara-suara civil society,” sambung peserta lainnya.

Ketegangan terjadi dalam kegiatan yang berlangsung secara virtual tersebut. Moderator webinar itu pun terlihat beberapa kali mencoba menengahi ketegangan yang terjadi.

Venan–peneliti Sunsprit yang slidenya dipersoalkan staf dan pejabat KLHK–mengaku emosi yang dilemparkan itu bukan pada tempatnya, dan tak terkait dengan konteks kritik atas upaya konservasi wilayah tersebut.

“Ya sebenarnya begini, mesti harus sabar [KLHK]. jadi UNESCO sudah keluarkan teguran, jadi sadarlah tidak usah merasa baper dengan kritik yang kita berikan, belajar dari itu, dan mari evaluasi total keseluruhan pembangunan yang ada di kawasan taman nasional,” ujarnya seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (16/09).

Sebelumnya diketahui, UNESCO meminta pemerintah Indonesia menghentikan sementara semua proyek infrastruktur di dalam dan sekitar Taman Nasional Komodo yang berpotensi berdampak pada nilai universal luar biasa atau Outstanding Universal Value (OUV).

“Mendesak Negara Pihak untuk menghentikan semua proyek infrastruktur pariwisata di dalam dan sekitar properti yang berpotensi berdampak pada nilai universal luar biasanya hingga Amdal yang direvisi diajukan dan ditinjau oleh IUCN,” bunyi dokumen Komite Warisan Dunia UNESCO Nomor 44 COM 7B.9. (yla/kid/mra)