Vaksin Virus Corona Ada Efek Sampingnya, Ini Pendapat Ahli

Ilustrasi vaksin virus corona yang tengah dikembangkan oleh para ahli. (Foto: SHUTTERSTOCK/PalSand)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Vaksin virus corona Pfizer menjadi salah satu vaksin yang nampaknya sangat efektif dan telah digunakan di beberapa negara termasuk Amerika Serikat. Namun, diketahui ada beberapa efek samping yang dirasakan oleh beberapa orang yang telah divaksinasi.

Minggu lalu, dua petugas kesehatan di Inggris Raya yang termasuk di antara kelompok orang pertama yang mendapatkan vaksin setelah diberi wewenang mengembangkan anafilaksis (respons alergi yang parah). Keduanya diketahui memiliki riwayat reaksi alergi yang parah, kini mereka telah dirawat dan dipulihkan.

Orang ketiga dilaporkan mengalami detak jantung yang cepat. Otoritas Inggris mengeluarkan panduan baru yang mengatakan orang dengan riwayat anafilaksis harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum mengambil vaksin. Peneliti belum mengetahui zat apa dalam formula vaksin yang memicu respons alergi parah.

“Saya khawatir tentang sesuatu yang akan datang yang tidak kami ketahui. Yang tidak diketahui, ”kata ahli imunologi, Stanley Perlman dari University of Iowa, Senin (14/12/20).

Dua kriteria untuk vaksin yang baik adalah “efektif” dan “aman”. Vaksin virus corona yang secara teknis dinamai BNT162b2 dan dikembangkan oleh raksasa industri Pfizer dan BioNTech memenuhi kedua standar tersebut, menurut para profesional yang telah mengembangkan vaksin, melakukan uji klinis acak dan meninjau data yang dihasilkan selama beberapa bulan terakhir.

Tetapi, ada setengah dari orang yang mendapatkan suntikan vaksin ini, mengalami efek samping yang sederhana seperti demam, sakit kepala, kelelahan, dan nyeri di tempat suntikan.

Para ahli mengatakan bahwa efek samping sederhana ini adalah suatu hal yang wajar untuk kebanyakan vaksin.

Beberapa pakar juga mengatakan bahwa adanya efek samping tersebut bukanlah suatu cacat atau kegagalan, melainkan tanda bahwa vaksin tersebut berhasil merangsang sistem kekebalan tubuh.

“Hal-hal seperti demam atau nyeri di tempat suntikan adalah normal, dan sebenarnya itu menunjukkan bahwa tubuh Anda bereaksi terhadap vaksin, yang Anda inginkan,” kata Ellen F. Foxman, ahli imunologi di Yale School of Medicine, Senin (14/12).

“Itu hal yang bagus,” tambahnya.

Sebelumnya, 4 orang subjek uji coba di Amerika Serikat mengalami masalah kondisi kesehatan. Yaitu berupa Bell’s palsy atau kelumpuhan. Efek itu adalah suatu kondisi yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot di wajah.

Sebuah dokumen oleh Food Drugs Administration (FDA) mengatakan, di antara efek samping tak diinginkan yang tidak serius, terdapat ketidakseimbangan numerik dari 4 kasus Bell’s palsy dalam kelompok vaksin dibandingkan dengan tidak ada kasus pada kelompok plasebo. Namun 4 subjek itu dianggap tidak mewakili kesimpulan dalam semua populasi.

“Meskipun begitu, 4 kasus dalam kelompok vaksin tidak mewakili frekuensi dalam populasi umum,” tegas FDA dikutip dari Mirror, pada Minggu (13/12/20).

belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan adanya Bell’s palsy ini.

Minggu ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menegaskan kembali kepercayaannya pada data yang menunjukkan bahwa vaksin dapat melindungi seseorang dari COVID-19 tanpa menyebabkan efek samping yang serius. Vaksin COVID-19 Pfizer telah disetujui di beberapa negara termasuk Inggris, Amerika Serikat dan menyusul beberapa negara lainnya.

Pada dasarnya, vaksin ini menciptakan protein baru yang memicu respons kekebalan. Sistem kekebalan memproduksi antibodi yang dapat menonaktifkan apa pun dengan fitur struktural yang menyerupai protein ini, termasuk virus corona. (mra)