Terkait Serangan Harimau, Walhi: Dampak Ekspansi Korporasi

Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Direktur Eksekutif Wahana Alam dan Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatera Selatan, Hairul Sobri menyebutkan bahwa ekspansi industri pertambangan dan perkebunan di Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Lahat dan Pagar Alam menjadi pemicu hewan buas untuk masuk ke pemukiman warga. Termasuk kejadian yang terjadi di Bengkulu.

Ekspansi industri pertambangan, perkebunan, serta eksploitasi panas bumi menjadikan sedikitnya lahan yang menjadi habitat alami binatang-binatang buas tersebut. Berkurangnya tempat habitat mereka menjadi pemicu hewan-hewan buas tersebut untuk masuk ke wilayah pemukiman.

“Ribuan lahan konsesi tambang di Lahat sejak 2010 sampai sekarang masih masif. Tambang di Bengkulu, juga ekspansi PTPN VII juga menjadi pemicu konflik harimau dengan masyarakat. Kawasan tersebut merupakan bagian dari hamparan Bukit Barisan, jadi sangat berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem di sana,” ujar Hairul, Jumat (6/10).

Akan tetapi, Hairul mengecualikan perhutanan sosial yang digarap oleh masyarakat adat sekitar, menurutnya itu bukan pemicu. Hairul berpendapat bahwa masyarakat adat berpihak pada kearifan lokal sehingga kebun mereka pun tidak berdampak pada ekosistem hutan lindung. Sedangkan, ekspansi yang dilakukan oleh korporasi tambang dan perkebunan tidak mengindahkan ekosistem di sekitarnya.

“Masyarakat adat itu punya peraturan tersendiri, kalau menebang 1 pohon, mereka akan tanam beberapa. Dibanding dengan tambang yang di Lahat itu, beberapa pohon besar ditebang dan tidak ada penanaman kembali. Tinggal lubang-lubang tambang berukuran besar saja yang tersisa,” terang dia.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan juga telah menghimbau warga agar menghentikan segala aktivitas di hutan lindung guna mencegah serangan harimau susulan.

Aktivitas berkebun masyarakat di kawasan tersebut sekarang mulai dilarang hingga batas waktu yang ditentukan. Kebijakan tersebut dibuat karena kejadian ini telah memakan 4 korban. Dua orang berhasil selamat dan dua lainnya meregang nyawa. (mra)