
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Wakil Direktur Imparsial, Ghufron mabruri menilai bahwa Menag Fachrul Razi telah melebihi kapasitasnya dalam memunculkan kajian tentang pelarangan penggunaan cadar di instansi pemerintah, Ghufron menilai dengan dibuatnya kajian ini telah terjadi sesuatu yang berlebihan.
Ia menilai bahwa keinginan pelarangan cadar hanya berdasarkan asumsi dari sebagian orang saja. Ada pula asumsi berlebihan bahwa setiap orang yang menggunakan cadar atau menggunakan celana cingkrang pasti terafiliasi dengan paham radikalis.
Ghufron juga mengatakan bahwa pemerintah harus menimbang matang-matang kebijakan yang akan diterapkan kepada masyarakat apalagi di era sekarang ini, pendekatan yang berlebihan seperti langsung melakukan pelarangan terhadap cadar dan celana cingkrang akan dianggap terlalu represif dan berlebihan. Kebijakan-kebijakan seperti ini yang dikhawatirkan akan mengembalikan stigma kritis itu komunis di jaman orba.
“Ketika negara dengan mudah menstigma orang-orang yang kritis itu komunis. Nah, dikhawatirkan dari kebjakan seperti ini akan memunculkan stigma bahwa orang yang mengenakan atribut keagamaan seperti burqa, cadar, akan dengan mudah dicap terafiliasi radikal,” kata dia, Jumat, (1/11/2019).
Ghufron juga menambahkan, seharusnya pemerintah memberikan pendekatan-pendekatan lain seperti misalnya duduk bersama dengan para tokoh agama untuk membicarakan bagaimana cara memberantas radikalisme agar tidak sampai masuk dan berkembang di masyarakat kita dengan cara yang sesuai dengan ilmu keagamaannya masing-masing.
“Menteri agama harusnya ajak tokoh agama untuk duduk bersama memikirkan bagaimana menangkap penyebaran radikalisme di masyarakat. Karena kan mereka yang mengetahui dinamika penyebaran dan sehari-hari bersentuhan langsung dengan masyarakat, ya ajak tokoh agama itu duduk lah,” ujarnya.
Ia juga berpendapat bahwa tidak ada seorangpun atau pihak manapun yang berhak ambil urusan dengan cara berpakaian seseorang atau atribut keagamaannya.
“Itu kan urusan yang privat atau pilihan masing-masing orang,” imbuhnya.
Pimpinan pusat Muhammadiyah juga meminta Fachrul untuk lebih fokus kepada hal-hal yang berkaitan dengan kualitas keagamaan dan toleransi ketimbang mengurusi hal yang sifatnya aksesoris. (mra)