
Jepara, 5NEWS.CO.ID, – Kabupaten Jepara akan menjadi tuan rumah kegiatan Social Justice Youth Camp (SJYC) se- Jawa Tengah pada tanggal 1- 4 Agustus 2019 di Desa Plajan Pakis Aji, Kabupaten Jepara. Demikian pernyataan pers yang diterima 5news.co.id.
“Social Justice Youth Camp diselenggarakan dengan tujuan untuk membuka ruang perjumpaan bagi anak-anak remaja yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Dengan perjumpaan ini diharapkan mereka bisa saling berinteraksi, mengenal, memahami keragaman, belajar tentang keadilan sosial, dan menumbuhkan empati di tengah keragaman,” lanjut pernyataan itu.
Kegiatan ini berdasarkan fakta bahwa Internet dan sosial media paling banyak diakses oleh remaja dan anak muda. Namun sayangnya tanpa dibekali kemampuan daya nalar kritis, dan kesadaran untuk menjadi pengguna yang baik. Sehingga bisa menumbulkan bahaya yang besar.
“Kehidupan jamak dalam masyarakat ditambah dengan kompleksitas relasi virtual yang mudah diakses remaja menyebabkan banyak hal-hal yang berpotensi memicu konflik, kekerasan verbal, body shaming, masuknya ajaran-ajaran radikalisme, maraknya hate speech, dan bahkan persekusi tanpa didahului dengan tabayyun (konfirmasi atau cek dan ricek) atas informasi dan stigma yang terlanjur mereka internalisasi,” lanjutnya.
Kenapa remaja? Sebab remaja lebih memiliki kapasitas untuk bernalar kritis dan berempati, namun ketrampilan ini perlu didukung dengan wawasan pluralisme dan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi konflik dan mengelola kemajemukan di lingkungannya.
Kegiatan yang mengusung tema “Menumbuhkan Empati sebagai Upaya Merawat Keragaman” itu diharapkan agar para peserta nantinya memiliki kemampuan dalam mempromosikan keadilan sosial di lingkungan dan kegiatan sehari-hari, memecahkan masalah secara kreatif, mentransformasi konflik, dan menebarkan perdamaian.
Peserta SJYC itu sendiri sebanyak 25 orang. Peserta adalah anak-anak remaja kelas X dan XI atau sederajat yang tinggal di wilayah Jawa Tengah. Mereka dipilih melalui seleksi essai yang dikirimkan ke pihak panitia.
“Pemilihan peserta juga mempertimbangkan latar belakang agama, budaya, wilayah, jender, dan memberikan peluang terhadap peserta dari kelompok disabilitas dan minoritas,” tulisnya.
Menurut ketua panitia Ikfina Maufuriyah, diantara para peserta juga akan diambil dari desa agar warga desa sebagai tempat terselenggaranya kegiatan juga mendapatkan manfaat yang sama.
“Peserta dan kepanitian juga kami libatkan dari warga Desa Plajan, dimana kegiatan ini diadakan agar mendapatkan manfaat yang sama dari kegiatan ini,” katanya ketika dikonfirmasi.
Menurut Ikfina, nantinya peserta juga akan live in di rumah penduduk agar tejadi interaksi dan dialog langsung dengan masyarakat yang memang berbeda latar belakang agama dan budaya.
Sementara itu Petinggi Desa Plajan Priyatin, menyatakan rasa bangganya ketika Desa Plajan menjadi tuan rumah dari kegiatan SJYC Itu. Menurutnya kegiatan itu sangat pas karena memang Desa Plajan sangat beragam dan sejak dahulu senantiasa menjaga kerukunan dan kebersamaan.
“Saya memiliki desa yang terdiri dari berbagai agama, sangat setuju dengan kegiatan SJYC ini. Karena di desa kami orang sudah tidak lagi membeda-bedakan agama, suku dan Bahasa,” kata Supriatin.
Menurutnya, kegiatan ini juga membuka peluang interaksi para peserta dan belajar keragaman dengan masyarakat Desa Plajan, disamping meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Kegiatan empat hari itu diselenggarakan oleh Jalin Damai Jepara sebagai mitra utama juga perencana dan pelaksana kegiatan. Kemudian dengan Dialog, Edukasi, Empati, dan Perdamaiaan (DEEP) Indonesia, Alumni Studi Intensif tentang Kristen Islam (SITKI) Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogjakarta, serta Pemuda dan masyarakat Desa Plajan.