Skala Stunting pada Anak di Pati Mulai Menunjukkan Penurunan

Kepala Tim Kesga dan Gizi (kiri), Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pati, dr. Aviani Tritanti Venusia (kanan). (Foto: Husain/5NEWS.CO.ID)

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Kasus stunting memang kerap menimbulkan permasalahan tersendiri terutama pada balita. Namun, dalam rentan waktu akhir-akhir tahun ini statistik skala angka stunting pada anak di Pati menunjukan penurunan.

Stunting sendiri merupakan suatu kondisi yang mana tumbuh kembang pada tubuh tidak sesuai dengan usianya, karena kekurangan gizi kronik pada tubuh, penyakit infeksi, dan sebab-sebab yang lain, serta perkembangannya yang tidak normal.

Stunting juga tak hanya keterlambatan pada tubuh saja. Namun juga, pada keterlambatan perkembangan pada otak, yang mengakibatkan penurunan IQ.

Kepala Tim Kesga dan Gizi, Kasriatun mengatakan bahwa angka stunting di Kabupaten Pati menunjukan penurunan meski belum signifikan.

“Ada penurunan dan data tersebut disajikan secara online dan dapat diakses melalui website Kemenkes,” kata Kasriatun saat dikonfirmasi, (7/11/2022).

“Untuk angka stunting itu memang ada penurunan prevalensi terkait pada balita, Cuma tidak signifikan,” sambungnya.

Menurut data dari Dinkes Pati, angka stunting pada anak di Pati cukup menunjukan penurunannya dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yakni, pada tahun 2020 menunjuk pada presentase 5,6%; 2021 menunjuk pada 5,76%, dan 2022 pada 5,43%.

Dia menjelaskan stunting yang dimaksudkan berdasarkan indikator tinggi badan per umur dengan nilai skor kurang dari -2 standar deviasi.

“Stunting yang dimaksud tadi adalah untuk indikator tinggi badan per umur dengan nilai z skor kurang dari -2 standar deviasi. Kalau dibawahnya berarti menunjukan stunting,” jelasnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kab. Pati, dr. Aviani Tritanti Venusia menambahkan bahwa dalam rentan beberapa bulan terakhir memang menunjukkan penurunan. Akan tetapi, belum bisa disimpulkan hingga akhir tahun.

“Kalau sudah ada berkurang atau tidak kita masih menghitung mungkin sampai akhir tahun kita bisa menyimpulkan dan perbandingannya,” ujar Aviani saat memberikan keterangannya, (7/11/2022).

“Kita kemarin pada Agustus melakukan penimbangan serentak. Didapatkan satu hasil dan dievaluasi setiap bulannya,” lanjutnya.

Selanjutnya, dia menuturkan bahwa penimbangan yang dilakukan harus sesuai dengan standarnya dan dilakukan dengan baik.

“Dalam penimbangan tersebut tidak hanya sekedar menghitung berat badannya saja. Dalam penimbangan alat sarana, prasarananya harus standart sama rata. Kemudian, cara atau metode pengukurannya juga harus standart dan sama. Tenaga kesehatan, bidan, kader-kader Posyandu dilatih dan harus tau persis cara penanganan dalam mengukur,” tandasnya.

“Pengukurannya sesuai standar Kartu Menuju Sehat (KMS), masing-masing usia itu berbeda dan kalau kurang dari standarnya maka dianggap stunting,” tambahnya.

Aviani juga menjelaskan cara untuk menghindari stunting harus dilakukan sejak dini, terutama pada saat remaja putra-putri sudah dimulai pemenuhan gizi-gizinya.

“Mulai sejak remaja harus menjaga gizinya, memenuhi dengan mengonsumsi tablet tambah darah untuk remaja putri seminggu sekali setiap hari Rabu. Dinkes juga ada program yang namanya Gerabratri (Gerakan Rabu untuk Remaja Putri),” jelasnya.

“Selain itu, lingkungan juga harus diperhatikan, bagaimana pembuangan sampah dan limbah, vanitasinya, jambanya dan lainnya,” imbuhnya. (hus)