Secangkir Kopi untuk Konservasi

Potret pak Sukir ketika menyeduh kopi sembari merokok. (Foto: Dok. 5News.co.id)

Wonosobo, 5NEWS.CO.ID,- Ada yang istimewa dan rugi dilewatkan jika anda melewati desa Mlandi, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Di desa yang sebagian besar warganya menjadi petani sayur-sayuran, terdapat Pak Sukir, yang lain sendiri, ia justru fokus menanam kopi di lereng gunung Bismo.

Saat ditanya kenapa justru memilih menanam kopi saat warga lainnya berlomba menanam kentang, cabai, kubis dan sayur-sayuran lainnya, Sukir menjawab sederhana, “Untuk menjaga kelestarian alam gunung Bismo,” tuturnya, Kamis 14 Januari 2021.

Menurut Sukir, gunung Bismo merupakan lereng penyangga dataran tinggi Dieng. Jika lereng gunung Bismo rusak, terlalu banyak ditanami sayur-sayuran tanpa tanaman tegakan, maka dataran tinggi Dieng pun akan ikut terancam.

“Yang tidak banyak orang sadar, lereng gunung Bismo dan Pakuwojo itu penjaga dataran tinggi Dieng. Kalau rusak, dataran tinggi Dieng ya ikut rusak. Karena itu harus kita jaga,” terang Sukir

Berbekal keyakinan dan kesadaran melindungi lereng gunung Bismo ini, Sukir sejak tahun 2012 hingga 2021 fokus menanam kopi. Hingga kini ia telah membuka lahan hingga 3 hektare untuk ditanami kopi.

Tak hanya dengan akar pohon kopi bisa mengikat dan melindungi tanah agar tidak longsor, tanaman kopi yang ditanamnya menciptakan sumber mata air baru di lereng Bismo.

“Lahan saya ini dulu daerahnya dinamakan Telaga Asat (Telaga Kering), tidak ada airnya. Sekarang sejak saya tanami kopi dan makademia, alhamdulillah sudah ada sumber mata air baru,” ujar Sukir.

Salah satu mimpi Sukir memang memperbanyak tanaman tegakan agar bisa menciptakan sumber mata air-mata air baru di lereng gunung Bismo yang nantinya akan mengalir ke sungai Serayu. “Buat bekal ibadah jariyah, bisa bermanfaat untuk banyak orang di bawah gunung,” katanya.

Tak hanya membuat bibit sendiri dan menanam kopi, Sukir juga mengolah kopi yang dipanennya. Dari pengeringan, diolah menjadi green bean, hingga roasting. Tak hanya proses memproduksi kopi yang ditanganinya sendiri, Sukir juga adalah seorang barista handal. Di tangannya kopi racikannya sungguh istimewa rasanya. Banyak orang datang untuk belajar menjadi barista dari Sukir.

“Kalau hanya menjual ceri (kopi mentah), ya hasilnya murah. Kita mesti mengolahnya agar nilainya bertambah,” ujar Sukir.

Sukir juga tak lupa mendidik generasi muda kampung Mlandi untuk menggeluti dunia kopi seraya menjadi garda depan menjaga kelestarian alam. Mereka diajak berperan aktif untuk ikut menanam, mengolah, hingga ikut memasarkan.

“Harus ada generasi muda yang meneruskan untuk menjaga kelestarian alam. Kita mesti mendidik muda kita untuk itu,” katanya.

Rumah Sukir memang biasa menjadi base camp pamuda-pemuda desa yang progresif dan peduli dengan kelestarian alam. Bersama Ista, Kaur Desa Mlandi yang juga jadi ujung tombak pendidikan pemuda, mereka membangun kesadaran dan kepedulian hidup berdampingan dengan alam sekitar. (Muhammad)