Presiden Terpilih AS Joe Biden Hentikan Penjualan Senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab

Presiden Amerika Serikat -Joe Biden (Foto Google Images)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID– Pemerintahan Joe Biden memutuskan menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UAE). Menteri Luar Negeri, Tony Blinken membenarkan jika penjualan senjata yang tertunda sedang ditinjau, seperti yang biasa terjadi pada awal pemerintahan baru.

“Ini dilakukan untuk memastikan apa yang sedang dipertimbangkan adalah sesuatu yang memajukan tujuan strategis kami, dan memajukan kebijakan luar negeri kami,” tegas Menteri Luar Negeri Tony Blinken dalam konferensi pers pertamanya, Rabu (27/01/2021).

Langkah untuk membekukan penjualan yang tertunda ke sekutu Teluk dapat menandakan perubahan pendekatan pemerintahan Biden, setelah sebelumnya pemerintahan Trump menyetujui penjualan besar dalam bulan-bulan terakhir masa jabatannya.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri sebelumnya menggambarkan jeda tersebut sebagai tindakan administratif rutin yang khas untuk hampir semua transisi, dan menunjukkan komitmen pemerintah terhadap transparansi dan tata kelola yang baik, serta memastikan penjualan senjata AS memenuhi tujuan strategis untuk membangun mitra keamanan yang lebih kuat, cakap, dan lainnya.

Terkait hal ini, Partai Demokrat di Kongres segera mendukung langkah tersebut. “Senjata yang kami jual ke Arab Saudi dan UEA telah digunakan untuk membunuh anak-anak sekolah, ditransfer ke milisi ekstremis, dan memicu perlombaan senjata berbahaya di Timur Tengah,” tulis Senator Chris Murphy.

Ditempat lain, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Senat yang akan datang Bob Menendez, mengatakan dia menyambut baik jeda dalam penjualan senjata ke Arab Saudi dan UEA, karena akan mempengaruhi keamanan nasional AS dan perlindungan nyawa tak berdosa di Yaman.

Diketahui, pada akhir tahun lalu pemerintahan Trump mendorong sejumlah penjualan senjata bernilai tinggi ke Riyadh dan Abu Dhabi terkait dengan program politiknya, sebagai gantinya negara-negara Arab harus mengadakan kesepakatan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Saat itu, anggota parlemen menentang penjualan tersebut karena keterlibatan Arab Saudi dan UEA dalam konflik berdarah di Yaman yang telah menewaskan ribuan warga sipil, serta pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di tangan pejabat Saudi.

Perlu diketahui, Trump pernah menawarkan bantuan logistik dan penjualan perlengkapan militer terhadap Arab Saudi selama kampanye enam tahun untuk mengusir Houthi yang telah mengambil alih sebagian besar Yaman.

Program yang ditawarkan AS dan sekutunya bukan saja tidak mampu mengalahkan pemerintahan Yaman yang dikuasai pasukan perlawanan Houthi, bahkan juga menciptakan bencana kemanusiaan yang mengerikan di Yaman.

Bankan Menlu AS, Blinken beberapa hari yang lalu mengatakan bahwa Arab Saudi telah berkontribusi pada situasi kemanusiaan terburuk di dunia. (AHA)