Polisi Tangkap Ratusan Pengunjuk Rasa Pro-Navalny, Ada Apa di Rusia?

Orang-orang bentrok dengan polisi selama protes terhadap pemenjaraan pemimpin oposisi Alexei Navalny di St. Petersburg, Rusia, Sabtu, 23 Januari 2021. Polisi Rusia pada Sabtu menangkap ratusan pengunjuk rasa yang turun ke jalan dalam suhu serendah minus- 50 C (minus-58 F). (Foto: AP / Dmitri Lovetsky)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Polisi rusia telah menangkap ratusan orang yang melakukan protes ilegal untuk mendukung kritikus, Alexei Navalny yang didukung Barat. Diketahui, saat ini Navalny sedang ditahan.

Alexei Navalny (44) yang ditangkap pada 17 Januari lalu setelah terbang kembali ke Rusia dari Jerman, telah menghadapi pengadilan pada hari Selasa (02/02/21).

Pengadilan Moskow memerintahkan Pemimpin Oposisi Kremlin Alexei Navalny dipenjara selama hampir tiga tahun penjara, Selasa (02/02) waktu setempat. Navalny diketahui merupakan sosok yang paling keras mengkritik Presiden Vladimir Putin.

Hakim Natalya Repnikova memerintahkan penangguhan hukuman tiga setengah tahun yang diterima Navalny atas tuduhan penipuan pada tahun 2014 untuk diubah, kata seorang jurnalis AFP di gedung pengadilan, dikutip dari AFP, Rabu (03/02). Repnikova mengatakan waktu yang sebelumnya dihabiskan Navalny sebagai tahanan rumah akan dihitung dalam masa tahanan ini.

Sementara pengacara Navalny, Olga Mikhailova mengatakan kliennya tersebut sekarang akan menjalani hukuman sekitar dua tahun delapan bulan penjara. Tim hukumnya berencana mengajukan banding.

Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat mengecam keputusan tersebut dan menuntut pembebasan Navalny.

Atas vonis tersebut, salah satu kelompok oposisi Rusia, Anti-Corruption Foundation (FBK) menyerukan protes di pusat kota Moskow.

“Kami akan pergi ke pusat Moskow sekarang,” tulisnya di Twitter, mendesak pendukung untuk bergabung dengan mereka.

Ratusan pendukung Navalny ditangkap di seluruh negeri karena melakukan protes ilegal pada hari minggu (31/01/21), menurut laporan.

Dua pemuda Rusia yang melakukan protes pembebasan pemimpin oposisi Alexei Navalny. (Photo: AFP/Michal Cizek)

Para pemimpin Rusia dalam banyak kesempatan mengingatkan kedutaan AS di Moskow untuk tidak mendukung protes ilegal dan campur tangan dalam kasus Navalny ini.

Reuters mengatakan sekitar 100 orang ditangkap di ibu kota Moskow, polisi juga menutup stasiun metro dan membatasi pergerakan di pusat kota dalam rangka mengendalikan gelombang protes ini. Sumber lain melaporkan bahwa ratusan orang ditahan di kota-kota Rusia lainnya.

AFP menunjukkan rekaman dari Vladivostok di mana puluhan pengunjuk rasa melarikan diri dari petugas polisi di perairan beku Teluk Amur dan menari melingkar. Video online menunjukkan pengunjuk rasa diseret ke dalam bus oleh polisi.

Awal bulan ini, pendukung Navalny merilis video yang merinci komplek-komplek di kota resos Gelendzhik, yang diklaim sebagai milik presiden Vladimir Putin, yang menggambarkannya sebagai “suap terbesar dalam sejarah.”

Namun begitu, Presiden Vladimir Putin membantah tuduhan tersebut.

Navalny, yang ditahan akibat melanggar ketentuan hukuman percobaan yang diterimanya pada tahun 2014 karena penipuan dan pencurian uang, menyebut kasus terhadapnya sebagai balas dendam politik.

Polisi Rusia menahan Navalny setibanya di Bandara Sheremetyevo Moskow dari Jerman, lima bulan setelah dia dipindahkan ke rumas sakit di Berlin untuk dirawat karena tuduhan Barat sebagai serangan agen saraf oleh Moskow.

Alexei Navalny yang saat ini telah ditahan oleh pemerintah Rusia. (Moscow City Court via AP PHOTO)

Pemerintah Barat telah menyerang Rusia dengan tuduhan meracuni Navalny, dengan mengatakan Moskow harus membantu menyelidiki kasus tersebut atau menghadapi konsekuensi.

Rusia membantah tuduhan itu, dan menggambarkannya sebagai provokasi badan intelijen Barat yang bertujuan membenarkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia.

Penyelidik Rusia juga telah meluncurkan penyelidikan penipuan terhadap pengusaha yang berbasis di Ukraina Alexander Khomenko yang mereka katakan mendanai Yayasan Anti-Korupsi Navalny.

AS menuduh pihak berwenang Rusia “terus-menerus menggunakan taktik kasar” terhadap pengunjuk rasa.

Sebelumnya, saat pidato di ruang sidang yang berapi-api menjelang keputusan itu, Navalny menuduh Putin berusaha mengintimidasi para pengkritiknya. Ia juga kembali mengklaim bahwa pihak berwenang mencoba membunuhnya dengan racun saraf Novichok. (mra/ara)