Pengamat Sebut Informasi “Fakta” TV One Keliru dan Menyesatkan

Suasana saat talkshow “Fakta” ditayangkan oleh TV One yang menuai kritik (Foto: tangkapan layar)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Tayangan program Fakta bertema “Ramai Penolakan, Syiah Tetap Berjalan” yang disiarkan oleh TV One ramai diperbincangkan serta mengundang kritikan. Pasalnya, tayangan ini dinilai menyalahi etika jurnalistik dan dianggap menyudutkan salah satu pihak. Menurut pengamat, tv swasta tersebut telah menyesatkan pemirsa dengan menyajikan informasi yang keliru.

Dede Azwar Nurmansyah, co-founder Kalam Institute: Media Coaching Center menilai tayangan ini tidak sejalan dengan semangat dan kode etik jurnalistik dan juga berpotensi memperkeruh situasi keagamaan di Indonesia.

“Tayangan ini bukan hanya tidak sejalan dengan kode etik dan semangat jurnalistik, tetapi juga memperkeruh situasi beragama di Indonesia yang akan berdampak negatif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Dede saat dihubungi 5NEWS.CO.ID lewat pesan singkat, Jumat (04/09/20).

Ia menyatakan tayangan itu dapat memporak-porandakan semangat kebersamaan dan toleransi dalam beragama karena isi acaranya yang tidak fair, menyudutkan, tendensius, dan bias, serta menghakimi.

Dalam surat terbuka yang dibuatnya, Dede juga mengatakan bahwa tayangan “Fakta” ini cenderung melawan fakta dan cita kebersamaan, kerukunan, dan kedamaian, hidup beragama yang menjadi salah satu pilar utama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Di tengah situasi sensitif dan kerentanan sosial yang dipaksakan, baik oleh oknum internal maupun eksternal, serta kebutuhan Indonesia kepada segala bentuk perekat bangsa, apa yang dilakukan TV One dapat dikategorikan sebagai tidak bertanggung jawab, tidak profesional, dan hina,” tulis Dede.

Dirinya mempertanyakan bagaimana bisa TV One begitu nekat dan sengaja menyampaikan informasi yang dinilainya keliru dan menyesatkan kepada pemirsa dengan cara menghadirkan narasumber yang tidak kompeten dan seting acara yang cenderung tendensius?

“Tayangan itu menista fakta yang benar-benar faktual dan bukan “Fakta” sebagai sekadar kemasan dan sebutan,” lanjutnya.

Dede juga menganggap bahwa tayangan khusus TV One yang menyoroti ajaran, tradisi, dan komunitas Muslim Syiah itu terlihat melanggar sejumlah kode etik dan asas jurnalistik yang berlaku secara nasional melalui keputusan Dewan Pers No 03/ SK-DP/ III/2006 tanggal 24 Maret 2006.

Berikut adalah poin-poin penting surat terbuka yang dibuat Dede dalam mengkritik tayangan “Fakta” Tv One:

1. Tidak memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar. Hal ini mencerminkan rendahnya moralitas dan etika jurnalistik TV One yang seyogianya menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme.

2. Punya kecenderungan tidak independen sehingga menghasilkan berita yang tidak akurat, tidak berimbang, dan beritikad buruk.

3. Minim dari segi profesionalitas pekerjanya dalam menggarap dan menayangkan produk jurnalistik.

4. Melalui pembawa acaranya, tampak jelas tidak berupaya menguji informasi, tidak memberitakan secara berimbang, mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta tidak menerapkan asas praduga tak bersalah.

5. Tidak selektif dalam memilih narasumber yang kompeten, kredibel, dan otoritatif sehingga tayangan itu menjadi semacam pengadilan in absentia, serta proyek menyebarluaskan fitnah, kebohongan, dan ujaran kebencian terhadap komumitas muslim Syiah melalui ujaran narasumber yang tendensius, penuh kebencian, bertentangan dengan bukti dan fakta ajaran Islam Syiah, serta sarat dengan kebohongan, pelecehan, dan penodaan agama Islam mengingat Syiah bersama-sama Ahlussunnah merupakan dua mazhab arus utama dalam Islam.

6. Dalam menggarap dan menayangkan “Fakta” yang terkait komunitas, mazhab, dan tradisi umat Muslim Syiah di Indonesia, didasari prasangka dan diskriminasi atas mazhab keislaman Syiah sehingga cenderung bias, memihak, sekaligus merendahkan martabat ajaran dan komunitas muslim Syiah.

Pihaknya berharap, setelah dibuatnya surat terbuka itu dapat menyadarkan pihak TV One untuk dapat memperbaiki kekeliruan dan meningkatkan kualitas tayangan-tayangan berikutnya.

“Apa yang saya ikhtiarkan berupa surat terbuka ini semoga dapat menyadarkan pihak terkait untuk kemudian berusaha memperbaiki kekeliruan yang saya yakin, bukan lahir dari kesengajaan,” pungkasnya. (mra)

1 KOMENTAR