
Wamena, 5NEWS.CO.ID,
– Panglima Daerah Militer XVII/Cenderawasih Mayor Jenderal Herman Asaribab
mengunjungi Wamena untuk meredam hoaks di tengah masyarakat. Herman mengajak
agar masyarakat lebih bijak dalam menyikapi yang terjadi dan tidak mudah
menerima kabar bohong.
Putra asli Papua itu juga berharap kepada masyarakat untuk turut menjaga
persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dan mempercayakan kemanan kepada
pemerintah.
“Mengenai masalah evakuasi agar Bapak/Ibu percayakan kepada aparat karena
penerbangan tersebut ada aturannya dan yang tahu muatan pesawat tersebut adalah
aparat penerbangan,” katanya.
Sementar itu warga Wamena menduga para pelaku kerusuhan yang terjadi di ibu kota Kabupaten Jayawijaya Papua pada pekan lalu (23/9/2019) berasal dari luar wilayah tersebut, bukan warga asli Wamena.
“Kami menduga pelaku kerusuhan bukan warga asli Wamena melainkan dari wilayah di sekitarnya. Dan, itu juga diungkapkan pengungsi yang diselamatkan tetangga mereka dengan menyembunyikannya di dalam rumah,” kata Fuad, salah satu pengungsi yang selamat dari aksi rusuh yang menewaskan 32 warga tersebut, Rabu (2/10) seperti diber takan Antara.
Fuad yang berprofesi sebagai tukang ojek itu pun mengaku bisa selamat dari kerusuhan karena bantuan tetangganya yang merupakan warga asli Wamena yang menyuruhnya bersembunyi di dalam rumah kontrakan. Kemudian Fuad bersama istri dan anak bersembunyi di rumah tetangga tersebut hingga aparat keamanan datang dan mengevakuasi mereka ke Polres Jayawijaya di Wamena.
Menurut lelaki asal Pasuruan itu, pelaku kerusuhan bukan warga Wamena karena banyak di antara mereka yang terlihat berseragam sekolah, namun tidak muat. Selain itu, sambungnya, terlihat wajah perusuh itu beberapa berjanggut lebat alias brewok.
“Masa anak sekolah berjenggot,” kata Fuad yang sudah hampir 20 tahun di Wamena itu.
Hal senada juga di ungkapkan Ismail yang berprofesi sebagai tukang pijat. Ismail pun mengaku dirinya bersama 300 pengungsi berhasil selamat karena diamankan warga asli Wamena di dalam gereja Baptis di Pikey.
“Dari penuturan warga yang mengamankan kami terungkap para pelaku berasal dari berbagai wilayah yang berada di luar Wamena,” kata Ismail.
Ramai diberitakan, warga Wamena banyak yang menyelamatkan warga pendatang dan mereka mengaku para pelaku itu bukan warga asli Wamena, dan itu memang benar setelah melihat para perusuh yang berjaga-jaga di luar gereja saat dievakuasi Senin malam.
Kerusuhan yang
terjadi di Wamena pada Senin (23/9/2019) menyebabkan 32 orang meninggal, 67
orang luka-luka dan raturan rumah, ruko, serta kantor pemerintahan dibakar dan
dirusak massa, termasuk kendaraan roda empat dan roda dua. (mas)