
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Palestina batal melanjutkan permintaan mereka agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggelar jajak pendapat untuk menolak proposal perdamaian dengan Israel. Gagasan yang dicetuskan oleh Presiden AS, Donald Trump ini dinilai bias. Usulan resolusi yang diajukan Indonesia pun terancam diveto.
Langkah tiba-tiba Palestina ini berlangsung menjelang kehadiran Presiden Mahmoud Abbas di sesi rapat dan pemungutan suara di DK PBB hari ini, Selasa (11/02/20), untuk membahas proposal perdamaian Palestina-Israel yang dirilis Trump 28 Januari lalu.
Sejumlah diplomat di markas PBB di New York menuturkan, pembatalan itu dilakukan Palestina lantaran mengetahui bahwa draf resolusi penolakan proposal damai Trump yang digagas Indonesia dan Tunisia kekurangan dukungan internasional.
Para diplomat di New York mengatakan draf tersebut kemungkinan besar tak mampu mendapat suara minimal yang dibutuhkan untuk adopsi dalam jajak pendapat hari ini, yakni 9 suara dari total 15 negara DK tanpa veto dari anggota tetap.
Selain itu, Amerika Serikat yang memiliki hak veto, dilaporkan telah mengusulkan amandemen untuk menolak sejumlah klausul yang terdapat dalam draf resolusi tersebut.
Seperti dilansir dari AFP, AS secara signifikan ingin menghapus kesepakatan 1967 menjadi dasar perdamaian. Washington juga ingin menghapus pernyataan dalam draf resolusi gagasan Indonesia yang menyebutkan bahwa permukiman Yahudi di Tepi Barat sejak 1967 adalah ilegal.
Padahal selama ini, komunitas internasional memang menganggap permukiman Israel di wilayah pendudukan Palestina itu sebagai sesuatu yang tidak sah. Dalam dokumen amandemennya, AS juga mencoba menghapus bahasa dalam draf resolusi itu yang menyamakan Yerusalem dengan Tepi Barat.
Trump merilis proposal damai Palestina-Israel itu pada 28 Januari lalu saat menerima lawatan PM Netanyahu di Gedung Putih. Trump menyebut proposal perdamaian ini sebagai ‘Kesepakatan Abad Ini’.
Dalam proposalnya, Trump menyerukan bahwa Yerusalem merupakan ibukota Israel yang tidak dapat dibagi. Selain itu, proposal miliknya ini juga memberikan lampu hijau bagi Israel untuk mencaplok beberapa bagian wilayah Palestina di Tepi Barat.
Trump juga berjanji akan menggalang dana investasi internasional sebesar US$50 miliar atau Rp 682 triliun demi membangun negara Palestina baru. Ia bahkan mengunggah negara Palestina versi dirinya melalui akun twitter pribadinya.
Rencana AS ini disambut baik oleh Israel, namun ditolak secara habis-habisan oleh Palestina hingga memicu gelombang demonstrasi besar di Tepi barat dan Jalur Gaza. (mra)