
Pati, 5NEWS.CO.ID,- Bertepatan dengan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW., Suluk Maleman episode ke 118 mengangkat Tema “Belajar Pada Kanjeng Nabi”, acara yang digelar secara daring pada Sabtu (17/10/21) malam itu mengundang antusiasme masyarakat yang menyaksikan dari berbagai kanal media sosial.
Anis Sholeh Baasyin, Penggagas Suluk Maleman mengingatkan bahwa momen Maulid Nabi Muhammad SAW. ini haruslah jadi bahan perenungan, dan umat muslim patut untuk kembali belajar pada kanjeng Nabi dalam menjalani kehidupan. Bila ingin mendapatkan syafaatnya, dibutuhkan kemauan untuk belajar tentang kehidupan Kanjeng Nabi itu sendiri.
“Rasul pernah bersabda jika beliau diutus untuk memperindah, mengutamakan, membuat paling utama kemuliaan akhlak,” ujar Anis Sholeh Baasyin, seorang budayawan yang juga penggagas Suluk Maleman pada Sabtu (17/10).
Keindahan Nabi Muhammad bahkan sudah terlihat jauh sejak sebelum mendapatkan wahyu. Rasul mendapatkan sifat shidiq dan amanah sebelum menjadi nabi. Selain itu Kanjeng Nabi juga tidak terpengaruh budaya maupun pemikiran jahiliyah yang saat itu tengah berkembang.
Drs. Ilyas Arifin mengatakan, ada satu pembelajaran yang begitu penting untuk kembali dipelajari saat ini. Yakni betapa Kanjeng Nabi tak pernah menyimpan dendam dan senantiasa berprasangka baik. Sekali pun kepada orang yang memusuhinya.
“Bahkan kepada orang kafir pun, Kanjeng Nabi berfikir nantinya masih dimungkinkan dapat melahirkan keturunan orang-orang soleh. Kanjeng Nabi juga tak pernah meminta untuk membinasakan orang yang ingkar atau membangkang. Beliau justru meminta syafaat untuk umatnya,” tutur Drs. Ilyas Arifin.
Meskipun demikian, fakta sejarah menyebut jika tak sedikit anak dari orang kafir justru menjadi sahabat nabi. Seperti Walid, yang begitu menentang Nabi Muhammad namun putranya Kholid justru menjadi panglima andalan Rosul.
“Abu Lahab juga memiliki putri yang setia pada kanjeng Nabi bahkan mengikuti ketika hijrah. Begitu juga Ikrimah, putra dari Abu Jahal,” terangnya.
Hal itu menunjukkan jika sudut pandang Rasul begitu luas dan patut ditiru. Syafaat Nabi Muhammad juga menjadi salah satu bentuk nyata kasih sayang kepada seluruh umatnya.
“Bahkan orang yang hanya punya setengah biji zarah keimanan pun, Nabi tidak rela jika orang tersebut tidak masuk surga,” ujarnya.
Keluhuran akhlak itulah yang sepatutnya dipelajari saat ini. Umat Islam harusnya telah mendengar serta belajar terkait akhlak yang telah dicontohkan Kanjeng Nabi.
“Harusnya kita belajar dari Kenjeng Nabi,” tambahnya.
Dr Saratri Wilonoyudho mengamini jika Kanjeng Nabi itu senantiasa memikirkan orang lain terutama umatnya. Bahkan sesaat sebelum meninggal dunia, Kanjeng Nabi masih memikirkan tentang umatnya.
Dalam gelaran Suluk Maleman yang digelar secara daring pada Sabtu (17/10) malam kemarin, juga turut dimeriahkan dengan koleksi Sampak GusUran. Terlihat ribuan masyarakat antusias menyaksikan ngaji budaya itu dari berbagai kanal media sosial. (mra)