
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Seorang warga Palestina tewas dan puluhan orang luka-luka dalam bentrokan yang terjadi antara demonstran Palestina dan tentara-tentara Israel di tepi Barat.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan, korban tewas bernama Badder Nafla. Pemuda berusia 19 tahun itu tewas setelah lehernya ditembus timah panas milik tentara Israel dalam bentrokan di Kota Tulkarem, Tepi Barat bagian utara pada Jumat (07/02/20).
Menurut para saksi mata seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (08/02/20), ratusan warga Palestina menggelar aksi demo pada Jumat (07/02) sore waktu setempat di sejumlah kota dan desa-desa di Tepi Barat. Demo tersebut diadakan untuk memprotes rencana baru Amerika Serikat untuk perdamaian di Timur Tengah, yang juga dikenal sebagai “Kesepakatan Abad Ini”.
Palang Merah Palestina menyatakan bahwa lebih dari 40 warga Palestina terluka dalam bentrokan antara demonstran dengan pasukan Israel. Dalam insiden tersebut, tentara-tentara Israel menembakkan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam ke arah para demonstran Palestina.
Ketegangan antara Israel dan Palestina ini telah meningkat sejak beberapa hari lalu. Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa empat orang warganya tewas dan puluhan orang luka-luka dalam berbagai bentrokan di Tepi Barat.
Sebelumnya pada 28 Januari lalu, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan rencana perdamaian Israel-Palestina yang dibahasnya bersama PM Netanyahu di Washinton, AS. Rancangan itu disusun oleh suami Ivanka Trump, Jared Kushner, yang juga menjabat sebagai penasihat khusus Trump.
Rencana itu antara lain mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem dan wilayah Palestina yang diduduki dan dipenuhi pemukiman ilegal yahudi. Sementara untuk pihak Palestina, Trump berjanji akan mengakui Negara Palestina Merdeka.
Namun, negara itu tetap dilarang untuk memiliki militer sendiri dan penjagaan keamanan sepenuhnya akan dilakukan oleh pihak aparat dan militer dari negara Israel.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas pun geram atas rencana tersebut. Ia mengatakan bahwa rencana kesepakatan tersebut harus dihentikan dan “dimasukkan ke tong sampah sejarah”. (mra)