King Charles III Ternyata Pelajari Al-Quran, Apa Pandangannya?

King Charles III (jas abu-abu), terungkap ternyata mempelajari Al-Quran dan berpandangan terbuka terhadap Islam (Foto: Reuters)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Raja baru Inggris King Charles III, resmi naik takhta usai kematian mendiang ibunya Ratu Elizabeth II. Meski begitu, pria 73 tahun ini menjadi sorotan publik sebab dalam beberapa kesempatan penting mengungkapkan pandangannya tentang Islam dan dunia Muslim.

Pria ini memiliki nama lengkap Charles Philip Arthur George. Charles III juga sempat dikabarkan memiliki hubungan pernikahannya yang retak dengan mendiang Lady Diana Spencer atau Putri Diana.

Dia menarik perhatian publik dengan pandangannya tentang sejumlah masalah budaya dan sosial termasuk perubahan iklim, politik, dan agama. Dia juga mengutarakan pandangan dan pikirannya secara terbuka mengenai kekagumannya terhadap Islam.

Tercatat pada buku “Charles At Seventy: Thoughts, Hopes and Dreams” yang ditulis Robert Jobson, bahwa raja baru Inggris itu mempelajari kitab suci Al-Qur’an dan menandatangani surat untuk para pemimpin Muslim dalam bahasa Arab.

Dilansir dari Al Jazeera pada pidatonya di Oxford Center for Islamic Studies pada tahun 2010, Charles mengatakan masalah lingkungan dan perubahan iklim berdasarkan pengetahuannya tentang Islam dan Al-Qur’an.

“Ini bukan batasan yang sewenang-wenang, itu adalah batasan yang ditetapkan oleh Tuhan. Jika pemahaman saya tentang Al-Qur’an benar, umat Islam diperintahkan untuk tidak melanggarnya,” kata Charles, yang merupakan seorang anggota Gereja Inggris, dikutip 5NEWS.CO.ID dari Al Jazeera, Senin (12/9/2022).

“Kita berbagi planet ini dengan ciptaan lainnya untuk alasan yang sangat bagus—dan artinya, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa jaringan kehidupan yang seimbang dan rumit di sekitar kita. Islam selalu mengajarkan ini dan mengabaikan pelajaran tersebut berarti melanggar kontrak kita dengan Penciptaan,” lanjutnya.

Pada kunjungannya tahun 2006 di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir, dia mengkritik keras publikasi kartun Denmark tahun 2005 yang menghina Nabi Muhammad.

Dia juga menyuarakan kepada semua orang untuk saling menghormati keyakinan orang lain. Kartun tersebut menjadi penyebab ujaran kebencian terhadap Islam yang banyak dibincangkan di negara barat.

Menurutnya setiap orang dapat belajar ‘dari semangat Ramadhan’. Hal itu, diungkapkan saat awal Ramadhan di bulan April lalu.

“Tidak hanya kedermawanan, tetapi juga pantangan, rasa syukur dan kebersamaan dalam doa yang akan memberikan penghiburan besar bagi banyak orang di seluruh dunia,” tuturnya.

“Kemurahan hati dan keramahan umat Islam yang baik hati tidak berhenti mengejutkan saya dan saya yakin bahwa saat kita memasuki masa yang lebih tidak pasti komunitas Muslim akan kembali menjadi sumber amal yang sangat besar di bulan Ramadhan ini,” imbuhnya.

Charles III telah lama mengarahkan masyarakat Barat untuk mempelajari dunia Muslim (Islam), agar lebih dekat dan mengurangi kesalahpahaman mengenai Islam pada pandangan Barat.

“Jika ada banyak kesalahpahaman di Barat tentang sifat Islam, ada juga banyak ketidaktahuan tentang utang budaya dan peradaban kita sendiri kepada dunia Islam. Ini adalah kegagalan yang, menurut saya, berasal dari garis lurus sejarah yang telah kita warisi,” katanya dalam pidatonya pada tahun 1993, yang banyak dikutip di Oxford Center for Islamic Studies.

Dia juga menegaskan bahwa Islam tidak boleh di ciri khas-kan dengan aksi ekstrimisme. (hus)