“Ingkung Ramadan”, Buka Puasa untuk Orang Tak Mampu

Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Wonoaobo, Maizidah Salas, dengan puluhan ingkung ramadan yang siap dibagikan kepada orang-orang marginal dan tidak mampu, Selasa (20/4/2021). (Foto: Dok. 5NEWS.CO.ID)

Wonosobo, 5NEWS.CO.ID,- Lapar dan haus saat puasa di Bulan Ramadan mengajarkan kita untuk peduli pada derita orang lain, kaum miskin dan tidak mampu. Itulah kiranya yang menjadi inspirasi Maizidah Salas, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Wonosobo di bulan suci Ramadhan ini.

Maizidah menceritakan, awalnya ia pertama kali membeli ingkung (satu ekor ayam utuh) kremes untuk keluarga. Saat merasakan lezatnya ingkung kremes, ia terpikir bagaimana masih banyak orang tak mampu yang belum merasakan enaknya ingkung kremes ini.

Sejak itu, pada 2020 ia menginisiasi kegiatan di tiap bulan Ramadan menggalang dana untuk berbagi menu buka puasa dengan menu ayam ingkung kremes, lengkap dengan nasi dan lalapya pada kelompok masyarakat marginal dan tidak mampu.

“Sasaran penerima menu buka puasa ini adalah yatim piatu, warga miskin, lansia, jompo, dan sakit menahun,” terang Maizidah Salas, Ketua SBMI Wonosobo, Selasa (20/4/2021).

Maizidah menyebutkan, pada 2020 mereka membeli ingkung matang di rumah makan, namun pada Ramadhan tahun ini mereka memanfaatkan warga sekitar untuk memasak sendiri ingkung ayam kremes ini.

“Jadi kegiatan ini juga memberi lapangan pekerjaan pada warga sekitar,” ujarnya.

Aktifitas memasak ingkung ayam mulai setiap jam 10 pagi. Pada jam 3 sore, SBMI bekerja sama dengan relawan berangkat mendistribusikan ke desa-desa yang tersebar di 19 desa dari 5 kecamatan, yaitu Wadaslintang Kaliwiro, Kalibawang, Guntur madu dan Kertek, Kabupaten Wonosobo.

Pada 2020, ada 16 desa yang disebar, sekarang meningkat jadi 23 desa. Pada 2020, Maizidah menyebutkan bisa menyebarkan 308 ingkung ke masyarakat. Semua ini, hanya ia beritahukan lewat media sosial, dan banyak yang ikut terketuk membantu.

“Bahkan ada teman medsos yang saya belum pernah ketemu, orang Padang, sampai memberitahu kelompok pengajiannya ada kegiatan ini dan ikut berdonasi membantu,” kata Maizidah.

Maizidah menuturkan banyak menemukan kisah mengharukan saat ia beserta para relawan membagikan buka puasa ini. Ia menyebut ada dari beberapa penerima yang karena kemiskinan sudah sangat lama tidak pernah merasakan makan daging ayam.

Ada Mbah Thoyibah, tutur Maizidah, yang bertempat tinggal di dusun Sawangan desa Sukoreno. Warga setempat memanggil beliau dengan sebutan Ibu Nyai, karena memang ia adalah seorang guru ngaji yang  tidak pernah memungut biaya dari mengajar mengaji.

Salah satu penerima ingkung ramadan untuk menu buka puasa. (Foto: Dok. 5NEWS.CO.ID)

Suaminya sakit sudah bertahun-tahun sehingga tidak bisa bekerja untuk mencukupi kebutuhan sehari hari. Ia hidup dari beberapa tetangga dan keluarga dekat yang selama ini sering membantu beliau untuk kebutuhan sehari hari.

“Ada juga yang saat kami datang memberikan ingkung untuk buka puasa, orangnya berterima kasih sampai menangis tak henti-henti,” kata Maizidah.

Maizidah dan para relawan menyebut ada rasa bahagia karena bisa berbuat sesuatu di bulan suci ini, tapi juga ada rasa sedih dan haru ketika kami ketemu langsung dengan para penerima bantuan buka puasa ini.

Pendistribusian ‘Ingkung Ramadan’ ini menggunakan mobil ambulance yang di berikan Baznas ke SBMI dengan tujuan agar paket ingkung cepat sampai sebelum azan maghrib waktu buka puasa tiba.

Maizidah berharap kegiatan ini terus berjalan tidak hanya di  bulan puasa saja. Dan meski hanya lewat media sosial ia juga berharap semakin banyak donatur yang bergabung di kegiatan ini agar semakin banyak masyarakat tak mampu yang menerima manfaatnya.(Muh)