
Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan kontroversial yang membuat dia dan negaranya dikecam oleh seluruh dunia. Ia mengeluarkan pernyataan yang dianggap menyudutkan agama islam.
Ia membuat panas situasi global setelah menyampaikan pernyataan kontroversial pada Jumat (23/10/20) lalu, yang mengatakan “Islam adalah agama yang mengalami krisis di seluruh dunia”.
Hal ini memancing kemarahan beberapa negara-negara global, terutama yang memiliki mayoritas penduduk beragama islam, tak terkecuali Indonesia.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu) mengecam pernyataaan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang dianggap menghina agama islam serta membiarkan penernitan ulang karikatur Nabi Muhammad S.A.W oleh majalah Charlie Hebdo.
Dalam kesempatan itu, Kemenlu juga memanggil Duta Besar Perancis, Oliver Chambard untuk menyampaikan kecaman atas pernyataan yang dikeluarkan oleh sang Presiden.
“Kementerian Luar Negeri memanggil Duta Besar Prancis di Jakarta hari ini. Dalam pertemuan itu, Kementerian Luar Negeri menyampaikan kecaman pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Perancis,” ungkap Juru Bicara Kemenlu RI, Teuku Faizasyah seperti dilansir CNNIndonesia.com, Selasa (27/10/20).
Pernyataan Macron ini pun ditanggapi oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan. Dia mengatakan bahwa Macron harus memeriksakan kesehatan jiwanya akibat melontarkan pernyataan tersebut.
“Apa masalah individu yang dipanggil Macron dengan Islam dan dengan Muslim? kata Erdogan, “Macron butuh pengobatan mental.”
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, bahkan menuduh Macron, “menyerang Islam” akibat pernyataan tersebut.
“Ini adalah saat di mana Presiden Macron bisa memberikan sentuhan penyembuhan dan menyangkal ruang bagi para ekstremis daripada menciptakan polarisasi dan marginalisasi lebih lanjut yang pasti mengarah pada radikalisasi,” cuit Khan.
“Sangat disayangkan bahwa dia memilih untuk mendorong Islamofobia dengan menyerang Islam daripada teroris yang melakukan kekerasan, baik itu Muslim, Supremasi Kulit Putih, atau ideologi Nazi,” tambahnya.
Meski demikian, Macron menyatakan tetap mempertahankan prinsip sekuler yang diterapkan Prancis. Dirinya menyatakan pemerintahannya akan tetap melanjutkan dan menghormati segala perbedaan di dalam perdamaian.
“Sejarah kami memperlihatkan perjuangan terhadap tirani dan fanatisme. Kami akan melanjutkannya. Kami akan tetap melanjutkan, akan tetap membela harga diri manusia dan nilai-nilai universal,” ujar dia. (mra)