
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Perdana Menteri Irak, Adil Abdul-Mahdi mengajukan pengunduran dirinya ke parlemen di tengah kondisi negaranya yang tengah dilanda kekacauan akibat gelombang demonstrasi yang kian memanas selama dua bulan terakhir di sejumlah kota di Irak.
“Saya akan menyerahkan (jabatan) saya ke parlemen. Surat resmi yang meminta pengunduran diri saya dari jabatan Perdana Menteri,” tulis Mahdi dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP.
Sontak pernyataan pengunduran diri ini disambut gembira oleh massa yang sedang berkumpul di lapangan Tahrir, Baghdad, Irak.
Aksi unjuk rasa besar-besaran ini berlangsung serentak di seluruh pelosok Irak sejak 1 Oktober. Mereka menuntut langkah konkrit pemerintah untuk menekan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan memberantas korupsi.
Demonstrasi yang kerap kali berujung rusuh itu telah berlangsung selama dua bulan terakhir. Setidaknya, lebih dari 400 orang dilaporkan tewas dan 15 ribu lainnya menderita luka-luka. Pada kerusuhan yang terjadi sepanjang kamis (28/11) hingga Jumat (29/11) dini hari dilaporkan sebanyak 40 orang ditembak mati oleh aparat keamanan.

Seperti yang dilansir dari Associated Press, lima orang penduduk dilaporkan tewas dan 32 lainnya menderita luka dalam kerusuhan Najaf. Aparat keamanan menggunakan peluru tajam untuk membubarkan dan menertibkan massa yang jumlahnya ribuan orang tersebut.
Empat demonstran dikabarkan tewas ditembak oleh aparat keamanan ketika hendak melintasi Jembatan Ahrar menuju Zona Hijau, kawasan pusat gedung pemerintahan. Sedangkan korban tewas lainnya ditembak oleh polisi atau tentara di sejumlah tempat yang berbeda. Massa demonstran juga menduduki wilayah Jumhuriya dan Sinak yang menjadi pintu masuk ke kawasan pemerintahan. Sampai saat ini sudah 350 orang meninggal dan 15 ribu lainnya luka-luka akibat ditembak dan mengalami kekerasan akibat tindakan represif yang kerap kali dilakukan oleh aparat keamanan untuk meredam kerusuhan yang terjadi di seantero Irak. (mra)