
Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Ekspedisi Indonesia Baru resmi dilanjutkan setelah tertunda karena isu kekerasan seksual. Safari yang digagas sineas Watchdoc Dandhy Dwi Laksono dan wartawan senior Farid Gaban, sedianya akan launching pada 22 Januari 2021 lalu.
Akibat tudingan isu kekerasan seksual tersebut, ekspedisi terganjal hingga dua-tiga bulan, hingga Sabtu 22 April 2021, setelah mengumpulkan informasi dan melakukan verifikasi kasus Ekspedisi Indonesia Baru secara resmi dilanjutkan kembali.
Dalam akun Twitternya @Dhandy_Laksono, Dandhy yang sempat menunda Ekspedisi menyatakan sebagai inisiator ia akan melanjutkan Ekspedisi.
“Saya memutuskan melanjutkan Ekspedisi bersama @Farid_Gaban,” tulis Dandhy.
Sebelumnya, pada 2 Februari 2021, eks wartawati Geo Times yang kini bekerja di kantor berita CNN dalam akun Twitternya @irenzzz membuat thread status tentang kasus pelecehan seksual yang menimpa dirinya 6 tahun lalu saat ia bekerja sebagai wartawan di Geo Times.
Irene menuding Farid Gaban yang saat itu sebagai Redaktur Geo Times melindungi pelaku percobaan perkosaan pada dirinya. Lebih lanjut, Irene menuduh bahwa saat ia melaporkan kejadian tersebut bukannya membantunya, Farid Gaban justru mengancam Irene dan bahkan mengusir tim pendamping hukumnya dari AJI Jakarta dan LBH Pers Jakarta yang menemui Farid Gaban di kantornya.
Meskipun belakangan AJI Jakarta dan LBH Pers dalam rilisnya menyatakan tak pernah bertemu Farid Gaban saat itu. Jadi tuduhan tuduhan Irene tersebut tidak benar, tak pernah terjadi pengusiran pada mereka oleh Farid Gaban.
Akibat tudingan tersebut, Ekspedisi Indonesia Baru yang tadinya hangat didukung masyarakat, terpaksa dihentikan sementara. Tim Ekspedisi pun mengumpulkan informasi dan verifikasi tuduhan terhadap salah satu inisiator Ekspedisi, Farid Gaban sebelum memutuskan sikap.
Hingga akhirnya, setelah berhasil mengumpulkan informasi, termasuk mewawancarai tertuduh pelaku percobaan perkosaan, Zahari, tim Ekspedisi menyimpulkan bahwa tuduhan Irene terhadap Farid Gaban itu tidak berdasar. Dan tim akan melanjutkan program Ekspedisi bersama Dandhy Laksono dan Farid Gaban.
“Saya akan melanjutkan proses persiapan Ekspedisi Indonesia Baru yang sempat tertunda karena isu saya dituduh “melindungi pelaku percobaan perkosaan” dan “mengintimidasi korban”, ujar Farid Gaban dalam akun Facebook dan Twitternya.
Meski menurut Farid Gaban tuduhan tersebut tak berdasar, Farid Gaban menyatakan ia siap untuk bersikap kooperatif jika ada pihak manapun yang ingin tuntas memverifikasi tuduhan tadi.
Atas tudingan Irene tersebut, Farid Gaban bahkan sudah menunjukkan itikad baiknya untuk menyelesaikan kasus ini dengan melaporkan tersangka pada 4 Februari ke Komnas Perempuan, AJI Jakarta dan LBH Pers. Namun meski ditunggu hingga 2 bulan, sampai detik ini tak ada tindak lanjut dari Irine, Komnas Perempuan, AJI Jakarta dan LBH Pers.
“Saya sudah siap untuk menyelesaikan kasus ini. Tapi anehnya mereka malah diam?” ujar Farid Gaban.
Zahari, tersangka pelaku percobaan perkosaan yang dituding oleh Irene sendiri saat ditemui 5NEWS.CO.ID, menyatakan bahwa ia siap menjalani proses hukum jika memang terbukti melakukan percobaan perkosaan pada Irine.
“Saya tidak melakukannya. Dan saya siap jika mau dibawa ke meja hukum,” kata Zahari, Jumat (29/04/22).
Meski belum ada titik terang dalam kasus antara Irene dan Zahari ini, tim menyimpulkan bahwa Farid Gaban bukanlah orang yang melindungi pelaku kekerasan seksual. Tim sepakat bahwa Ekspedisi Indonesia Baru akan tetap berjalan bersama Farid Gaban.
Hingga saat ini, setelah pendaftaran ditutup, terjaring 44 pendaftar. Selanjutnya tim akan memilih pendaftar untuk diseleksi dan diikutsertakan dalam bootcamp untuk memilih 2 calon yang akan mendampingi Dandhy Laksono dan Farid Gaban mengelilingi Indonesia selama 8-12 bulan.
Seperti diketahui, Ekspedisi Indonesia Baru adalah ekspedisi mengelilingi Indonesia bersepeda motor dengan misi mendokumentasikan masyarakat dan alam Indonesia dari berbagai aspek. Ekspedisi Indonesia Baru adalah kolaborasi dua ekspedisi jurnalistik sebelumnya, yakni Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa (2009) dan Ekspedisi Indonesia Biru (2015) yang kali ini melibatkan banyak kolaborator di luar media dan jurnalis. (MN)