
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Tanggal 25 November ditetapkan sebagai Hari Guru Nasional dan Indonesia pun memiliki sederet peringatan untuk menunjukkan penghargaan terhadap jasa-jasa guru, namun masih banyak tenaga pengajar atau guru honorer yang belum mendapatkan kesejahteraan yang layak.
Banyak kasus-kasus yang kami dapatkan terkait kisah guru honorer. Ada yang gajinya tidak dibayar selama berbulan-nulan, ada juga yang gajinya sangat jauh dibawah UMR. Dengan segala keterbatasan itu, tentu saja guru honorer sulit memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Salah satunya adalah Nining Aspuri, guru honorer SD Negeri Karyabuana 3, Pandeglang, yang terpaksa memanfaatkan bangunan toilet sekolah jadi bagian dari rumahnya sejak 2 tahun yang lalu. Sebab, tidak ada pilihan lain lagi baginya untuk tinggal setelah rumahnya yang lama hancur.
Pendapatannya sebagai guru honorer sejak tahun 2004 hanya sekitar Rp 350 ribu yang dibayarkan per tiga bulan.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Nining menjual makanan kecil untuk murid-muridnya, sedangkan suaminya bekerja serabutan. Ia juga mengaku memiliki dua anak yang satu sekolah di MTS dan satu lagi telah bekerja.
Perwakilan guru honorer yang tergabung dalam Asosiasi Guru dan Tenaga Honorer (AGTH) Kota Bandung pernah menemui Wali Kota Bandung Oded M Danial. Mereka meminta agar pemerintah lebih memperhatikan perihal guru honorer yang digaji sangat jauh dari standard UMR.
“Jadi kalau ditotal rata-rata kita itu mendapatkan honor Rp 480 ribu per bulan. Jauh dari UMK yang Rp 3,3 juta,” kata salah satu perwakilan guru honorer yang bernama Dadan. Akhirnya banyak guru honorer yang mengerjakan pekerjaan sampingan sehingga fokus mereka terbagi dan jadi tidak fokus dalam melaksanakan tugas utamanya untuk mendidik para calon penerus bangsa. (mra)