Cara Mengurangi Kecemasan Anak saat Sekolah Tatap Muka

Ilustrasi PTM. (Foto: Foto: A.Prasetia/detik)

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Banyak daerah sudah menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM). Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener membagikan kiat mengurangi kecemasan serta kekhawatiran bagi orang tua yang melepas anak untuk PTM di sekolah.

“Pertama, kenali diri dulu kebutuhannya seperti apa, apakah termasuk orang yang tipe pemikir atau perasa,” ujar Samanta.

Jika memiliki kecenderungan sebagai tipe pemikir, maka orang tua dapat menuliskan daftar hal apa saja yang dikhawatirkan serta memikirkan kembali seberapa penting dan dalamnya hal tersebut. Setelah itu, beri peringkat atau rating dari angka 1 hingga 10 untuk menilai tingkat kekhawatiran yang muncul.

“Yang paling dikhawatirkan contohnya takut anak ini tidak bisa menjaga prokes dengan baik di sekolah, maskernya suka dilepas. Misalnya, kekhawatiran itu nomor satu dibandingkan dengan yang lain. Lalu beri rating. Jadi kita akan tahu solusinya nanti apa,” terang Samanta.

Begitu pula apabila orang tua memiliki kecenderungan sebagai tipe perasa, metode yang digunakan masih serupa, yakni dengan pemberian penilaian dari angka 1 hingga 10. Namun pada tipe ini, barometer tingkat kekhawatiran yang digunakan didasarkan pada perasaan.

“Setelah mengetahui kekhawatiran itu, kita tarik napas, inhale lalu exhale. Selanjutnya kita bisa merasakan bahwa tingkat kekhawatiran, kepanikan, atau kecemasan bisa berkurang dengan menyadari bahwa ternyata kita tidak merasakan itu sendirian, ibu yang lain juga pasti merasakan,” jelasnya.

Selain membuat daftar tingkat kekhawatiran, Samanta juga merekomendasikan teknik lain untuk mengurangi kekhawatiran. Orang tua dapat melakukan teknik dengan menyusun dan menuliskan satu kalimat afirmasi yang mengandung dua hal yang kebenaran sekaligus mencakup elemen frasa yang tampak berlawanan.

“Jadi ada dua hal yang benar, tapi satu negatif dan satu lagi positif, lalu kita kombinasikan. Contoh kalimatnya, ‘Virus Omicron berbahaya dan saya mampu, kok, melalui ini’,” ujar Samanta.

Menurutnya, teknik tersebut membantu individu agar tetap berada dalam level optimis yang realistis. Teknik ini harus dilakukan dengan cara dituliskan sebab dengan begitu individu dapat lebih meresapi realita itu ke dalam pikiran serta bermanfaat untuk melatih ketenangan dan penghayatan.

“Kalimat seperti, ‘Ada virus Omicron yang katanya berbahaya dan saya mampu melaluinya’. Itu lebih optimis rasanya juga lebih realistis. Kita yang menulis dan membaca ulang jadi merasakan dan mengevaluasi kembali, ‘Oh iya, kenapa saya bisa melalui ini’,” paparnya.

Ketika orang tua merasa sudah lebih siap melepas anak menjalankan PTM di sekolah, maka persiapan-persiapan lain dalam masa transisi dari PJJ ke PTM bisa dilakukan secara bertahap. Mulai dari membiasakan diri sendiri agar bangun tidur lebih awal, menyiapkan masker dan hand sanitizer untuk anak, hingga menyiapkan suplemen tambahan untuk anak jika dibutuhkan.

Memastikan kesiapan fisik orang tua merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan sebelum menjalankan aktivitas transisi keluar rumah, seperti mengantar atau mendampingi anak-anak ke sekolah.

“Kita kadang tidak sadar, dua tahun kita di rumah saja begitu keluar ke jalanan, apalagi di kota besar yang macet seperti Jakarta, jadi lebih terasa capeknya. Rasanya seperti berhari-hari pergi, padahal cuma beberapa jam saja,” katanya. (Antara/mra)