
Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Jumlah infeksi virus Corona terus meningkat di Jalur Gaza, Palestina pada Selasa (01/12/20), hal ini terjadi akibat blokade yang dilakukan oleh Israel. Infeksi telah melonjak menjadi hampir dua puluh dua ribu kasus sejak Maret.
Rawat inap harian akibat COVID-19 juga terus meningkat, sehingga rata-rata kasus serius dan kritis menjadi lebih dari 20 persen dari kasus yang dikonfirmasi.
Dilansir dari presstv.com, Sekitar dua juta warga Palestina di Gaza berada pada peningkatan risiko tertular virus di tengah sistem perawatan kesehatan yang sudah sangat minim dan menipis, ini disebabkan oleh blokade rezim Israel yang sedang berlangsung.
Otoritas lokal di kantong kecil itu telah berjuang mati-matian untuk mencegah penularan wabah COVID-19 sejak Maret lalu. Orang-orang di Gaza yang pulih dari virus mematikan ini masih trauma dan mengatakan mereka beruntung masih hidup.
Selain itu, Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar juga dinyatakan positif terpapar virus corona pada Senin (30/11). Dilansir dari AFP, kabar itu diumukan oleh juru bicara Hamas Hazem Qassem.
“Yahya Sinwar, kepala biro politik Hamas di Jalur Gaza, positif terinfeksi virus corona hari ini (Senin),” kata Qassem.
Ia juga mengatakan kondisi Sinwar dalam keadaan baik dan berharap Sinwar dapat segera pulih dari virus ini untuk segera kembali melanjutkan perjuangan.
Selain itu, pandemi ini juga telah menambah tekanan finansial besar yang sudah dirasakan oleh banyak keluarga di Jalur Gaza dan membawa dampak negatif yang sangat besar pada perekonomian. Ratusan pasien Gaza telah kehilangan nyawa mereka dalam beberapa tahun terakhir karena praktik tidak manusiawi rezim Israel ini.
Para ahli memperingatkan bahwa lonjakan kasus COVID-19 yang belum pernah terjadi sebelumnya di Jalur Gaza ini, akan segera membanjiri sektor kesehatan yang kurang perlengkapan. Daerah kantong kecil itu telah berada di bawah blokade Israel yang melumpuhkan sejak 2007.
Daerah kecil tersebut awalnya mampu menahan wabah virus corona. Kala itu, Hamas menerapkan kontrol yang sangat ketat untuk memastikan bahwa sistem kesehatan yang sudah lemah itu tidak kewalahan. (mra)