
Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Abdul Basith, seorang dosen universitas plat merah tepatnya Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), adalah tersangka perancang kerusuhan saat aksi Mujahid 212, yang digelar Sabtu lalu, (28/9/2019).
Abdul Basit dalam pengakuannya adalah perancang peledakan 7 pusat bisnis di beberapa titik di Jakarta, dan menyasar etnis China dengan menyiapkan 29 bom ikan yang sudah disiapkan matang.
“Otista, Kelapa Gading, Senen, Glodok, dan Taman Anggrek,” kata Abdul Basith kepada Tempo di Polda Metro Jaya, (2/10/2019).
Rencana pengeboman itu dirancang di kediaman mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Soenarko di Ciputat, Tangerang Selatan pada 20 September 2019.
Soenarko lah, yang merupakan anak buah Prabowo, meminta agar dibuat letusan di ketujuh titik tersebut.
Abdul Basit menambahkan, Soenarko bersama dengan Laode Sugiono dan Mulyono Santoso duduk bersama membahas pembuatan bom dan rencana aksi yang memicu kekacauan itu.
Laode lah, lanjut Abdul yang menyanggupi untuk menyiapkan bahan peledak.
Namun kenyataan berbicara lain, aksi Mujahid 212 yang mulanya bakal diledakkan pada 24 September, molor karena orang-orang yang terlibat dalam rencana itu baru tiba di Ibu Kota pada 24 September.
Walhasil peledakan pun gagal dan Abdul Basit pun keburu diciduk polisi.
Abdul Basith ditangkap di daerah Cipondoh, Tangerang. Dalam kasus ini polisi juga menangkap sembilan tersangka lainnya yang terkait ke bom ikan yang berinisial S alias L, JAF, OS, NAD, AL, SAM, YF, ALI, dan FEB.
“Ya pas ramai, momennya ramai,” katanya menegaskan.
Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan bahwa Abdul Basith berperan sebagai penyedia dana untuk mendatangkan perakit bom ikan dari Papua dan Ambon.
Menurut Argo, yang disita bukan bom molotov sebagaimana sebelumnya ramai diberitakan, melainkan bom ikan. 29 Bom yang memilki daya ledak masif itu berisikan paku dan disimpan di rumah Abdul.
Kampus IPB sendiri dicurigai sebagai tempat berkembangnya ideologi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Ormas anti Pancasila pendukung khilafah yang sudah dibubarkan pemerintah. (mas)