
Jakarta – 5news.co.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa gelombang tinggi yang menerjang wilayah Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12) adalah tsunami kecil. Berdasarkan ciri gelombangnya mirip dengan yang terjadi di Palu, Sulawesi Tengah.
“Periodenya (periode gelombang) pendek-pendek, mirip dengan yang di Palu” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers pada Minggu (23/12) dini hari.
BMKG juga menduga bahwa tsunami dengan ketinggian tertinggi 0,9 meter ini disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau yang bererupsi hingga 4 kali, terakhir pada pukul 21.03 WIB pada Sabtu.
Akibat erupsi gunung itu diduga menyebabkan guguran material yang jatuh ke lautan dan mengakibatkan gelombang tinggi.
Sementara itu, dampak tsunami dan gelombang pasang kemarin hingga tanggal 23 Desember 2018 pukul 04.30 WIB tercatat 20 orang meninggal, 165 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak.
Informasi tersebut berdasarkan laporan dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwonugroho.
“Data korban kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak di data,” katanya di akun twitternya Sutopo_PN.
Penyebab tsunami di di Pandeglang dan Lampung Selatan adalah kemungkinan kombinasi dari longsor bawah laut akibat pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang saat purnama, lanjutnya.
“BMKG masih meneliti lebih jauh untuk memastikan penyebab tsunami,” katanya.
Perincian korban 20 orang meninggal, 165 orang luka dan 2 orang hilang terdapat di 3 wilayah yaitu di Kabupaten Padenglang, Lampung Selatan dan Serang. Di Kabupaten Pandeglang daerah yang terdampak terdapat di Kecamatan Carita, Panimbang dan Sumur. (mas)