
Pati, 5NEWS.CO.ID,- Wayang topeng yang dikembangkan dan tetap dilestarikan di Dukuh Kedung Panjang, Desa Soneyan, Kabupaten Pati, menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang diakui oleh UNESCO.
Budaya yang terabadikan selama berabad-abad itu diketahui dibawa dari Mataram Solo sekitar tahun 1600 silam.
Kepala Desa Soneyan, Margi Siswanto menjelaskan tradisi wayang topeng ini satu-satunya yang masih tersisa di pulau Jawa bahkan di Indonesia, pasalnya di Keraton Solo saja sudah tidak ditemukan, padahal itu adalah tempat asal muasalnya.
Terlestarikannya tradisi wayang topeng di Desa Soneyan ini, mendapatkan WBTB dari UNESCO pada tahun 2021.
“Wayang topengnya sudah mendapatkan warisan budaya tak berbenda dari UNESCO. Dari Kementerian Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dan juga diakui UNESCO,” ucap Siswanto saat dikonfirmasi awak media, Selasa (6/5/2023).
Menurutnya keunikan wayang topeng ini, tidak bisa diperagakan sembarangan orang dan yang bisa mengekspresikan hanya warga Dukuh Kedung Panjang.
Berdasarkan keterangannya, kesenian wayang topeng memiliki mitos ketika diperankan diluar dukuh tersebut maka akan terjadi dalam dirinya hal yang aneh yang bahkan tak terduga.
“Pemeran wayang topengnya murni dari masyarakat Kedung Panjang. Tidak bisa diperankan masyarakat yang lain,” tuturnya.
Sejak dari dulu, lanjut dia, wayang topeng selalu diperankan asli warga setempat, pasalnya itu sudah menjadi turun temurun. Bahkan ada yang menyebut ada kaitanya wali allah Mbah Mutamakkin yang dimakamkan di desa Kajen yang jaraknya sangat dekat.
“Wayang topeng ini sudah turun temurun dari Keraton Surakarta Solo yang dikembangkan wilayah Utara Jawa tepatnya di Kedung Panjang dan termasuk Mbah Mutamakkin dari Keraton Solo,” paparnya.
Untuk menjaga tradisi wayang topeng terus langgeng dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang, pihak pemerintahan desa (Pemdes) setempat telah memfasilitasi dengan menyediakan tempat sanggar untuk belajar.
“Untuk menjaga kelestariannya masyarakat terus belajar. Salah satunya kita buatkan sanggar budaya, untuk melestarikan wayang topeng. Termasuk kesenian yang lain,” tuturnya.
Sementara itu, pengajar wayang topeng bernama Suharso mengatakan bahwa selama menjadi pengajar tidak ada kendalanya, baik disaat pentas seni berlangsung.
Diketahui Suharso sudah menjadi pengajar selama 7 tahun, sejak 2016. Dirinya juga mengaku sedari kecil sudah menggeluti dunia pewayangan.
“Saya dulu memang suka bermain wayang topeng. Tapi setelah 2016, saya yang menjadi dalangnya,” terangnya.
Menjadikan budaya wayang topeng agar tetap eksis, menurutnya merupakan salah satu tantangan ke depan. Bahkan hal ini, harus melibatkan semua elemen, baik pemdes maupun masyarakat harus bersama-sama menjaga kelangsungan budaya tersebut.
“Menjaga agar wayang topeng ini tetap lestari tergantung dari desa dan pemerintah. Ini sudah tingkat UNESCO ini,” tandasnya. (hus)