Kreatif, Ibu-ibu Asal Margorejo Pati Sulap Batok Kelapa Jadi Karya Seni yang Memukau

Ratna Septi Anggrahenie, Pengrajin Batok kelapa. (Foto: Dok: Husain/5News)

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Seorang ibu rumah tangga bernama Ratna Septi Anggrahenie menunjukkan kekreatifannya dengan menyulap batok kelapa menjadi karya seni atau kerajinan yang memukau.

Ratna juga diketahui memiliki sebuah gallery bernama Nagallery yang mana berfokus pada kerajinan dari bahan yang cenderung dianggap kurang bernilai oleh masyarakat.

Bahkan kerajinan yang dibuat dengan sentuhan tangannya itu, banyak digandrungi oleh orang-orang. Alhasil, Ratna sukses meraup cuan dari batok kelapa.

Sebelum dirinya terjun dan menekuni kerajinan batok kelapa, dia mengaku pernah juga membuat kerajinan dari daun sirsak selama satu tahun.

Namun, karena hasil kerajinan dari daun sirsak kurang tahan lama dan nilai jualnya kurang, Ratna mulai beralih ke kerajinan batok.

“Awalnya itu buat kerajinan daun sirsak sampai dapat rekor muri. Menurut saya daun sirsak ini keawetannya masih kurang dan nilai jualnya juga kurang,” ucap Ratna saat ditemui di Gallerynya, Rabu (7/6/2023).

“Akhirnya saya merambah ke batok kelapa, karena kerajinan batok kelapa ini masih minim yang membuat. Sehingga peluangnya masih terbuka luas di pasaran,” sambungnya.

Dia menyebutkan pada awalnya dia hanya membuat gantungan kunci dan souvenir bros untuk jilbab saja.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dirinya mulai merambah dalam pembuatan hiasan wallpaper batok kelapa, lukisan mozaik dari biji-bijian, dan barang-barang seni lainnya dari bahan utama batok kelapa.

Akan tetapi, pada saat dilanda pandemi covid-19 hasil karya tersebut sempat mati suri. Lantaran pesanan kerajinannya mulai menyepi.

“Selama ini pasar utama kami dari desa wisata dan juga dari hajatan pernikahan, biasanya pesan untuk souvenir pernikahan. Karena pandemi membuat kegiatan resepsi pernikahan sepi, maka usaha kami juga terdampak,” tuturnya.

Meski demikian, pasca pandemi dirinya mulai bangkit dan merintis kembali usahanya itu dari nol.

Menurutnya bahan baku pembuatan hasil kerajinannya menggunakan bahan yang ramah lingkungan, sehingga dapat mengurangi dampak buruk dari limbah-limbah yang ada di lingkungan.

Salah satu produknya yakni pulpen etnik bahkan dapat tembus hingga mancanegara. Yang mana produk itu laku dijual di negeri Matahari Terbit atau Jepang hingga sekarang.

“Sampai saat ini, kami masih bekerjasama dengan Jepang Foundation. Jadi mereka minta pulpen etnik dari saya gak terlalu banyak, paling 5 sampai 10 biji. Hanya saja rutin. Disana nanti dilelang, dari hasil lelang itu untuk anak jalanan di Jepang,” pungkasnya. (hus)