“DPR jahat, yang naik siapa DPR? PKI. DPR PKI, anak PKI. ‘Saya anak PKI, emang mau apa?’,” ungkap Ustad Abdul Somad menirukan ucapan sosok anggota legislatif, di sebuah ceramahnya yang direkam dalam sebuah video.
Jakarta, 5News.co.id,- Ustad Abdul Somad kembali meminta jamaahnya untuk berpolitik. Dia mengatakan bahwa tujuan dari berpolitik adalah untuk memilih pemimpin yang baik, serta menghindari terpilihnya pemimpin jahat.
Dikutip dari Wartakota, Jumat (16/11), Ustad Abdul Somad menjawab sejumlah pertanyaan yang disampaikan jamaah melalui secarik kertas. Menjawab pertanyaan tentang boikot sejumlah negara terhadap Iran, Ustad Somad spontan mengaitkannya dengan Presiden RI Joko Widodo,
“Bagaimana menurut Ustad waktu negara-negara Arab-Eropa memboikot Iran, Rusia, sekutu, di saat itu pula Jokowi mendatangi Presiden Iran menjalin kerjasama-Investasi. Laa ta’huruna bil ma’ruf-ajak orang buat baik, Wala tauhana anil mungkar-larang orang buat mungkar. Kalau itu tak kamu lakukan, Laa yusalitallaha laa yusalitallahu alaikum sirrarakum-akan naik pemimpin yang jahat. Itu jawabannya,” jelas Ustad Abdul Somad.
“Gara-gara kamu tidak amar ma’ruf nahi mungkar, naik pemimpin yang jahat. Itu jawabannya,” ucapnya.
Dalam secarik kertas tersebut, Ustad Somad juga menjawab pertanyaan absennya Indonesia saat sejumlah negara bergabung dengan koalisi negara-negara Arab, untuk membantai rakyat Yaman.
“Di mana kah pemerintah Indonesia ketika negara muslim bergabung dengan koalisi Arab, kenapa tak ada? Malaysia, Senegal, Senegal itu banyak kristen, Niger-Nigeria ikut, Afrika. Kita yang muslim terbanyak kenapa tak ada? Laa yu salitanallahu alaikum sirrarakum, gara-gara kamu tidak melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar, naik pemimpin-pemimpin yang jahat,” kata Ustad Somad.
Dalam video itu, Ustad Somad bahkan menyebut anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini keturunan penganut Partai Komunis Indonesia (PKI).
“DPR jahat, yang naik siapa DPR? PKI. DPR PKI, anak PKI. ‘Saya anak PKI, emang mau apa?’,” ungkap Ustad Abdul Somad menirukan ucapan sosok anggota legislatif.
“Berani dia nantang di negeri NKRI ini, negeri yang dimerdekakan dengan teriakan Allahu Akbar. Syiah menang jadi anggota legislatif, PKI-naik, Syiah-naik, sekuler-naik, sepilis-naik, gara-gara apa? Umat Islam tidak melakukan Amar ma’ruf nahi mungkar,” ungkap Ustad Somad.
Berbeda dengan Ustad Somad, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus menjelaskan bahwa ciri-ciri dari orang bodoh adalah menjawab apa saja tentang semua hal. Menurutnya, seorang alim sekalipun pasti tidak mungkin mengetahui segala hal.
“Tanda orang bodoh itu adalah bila ditanya apa saja, bisa menjawab,” jelas Gus Mus dalam ceramahnya di sebuah video unggahan di Youtube.
Kiai pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa tengah itu menambahkan bahwa masa kini sulit menemukan suri tauladan. Gambaran tentang Islam yang di jaman ini terlihat kurang baik karena sebagian pemimpin agama Islam justru tidak menampilkan perilaku yang sesuai dengan perkataannya.
“Pada masa ini yang sulit itu adalah mencari contoh (teladan). Islam itu kekurangan contoh. Oleh sebab itu wajah Islam kelihatan jelek, karena kurang contoh,” tuturnya.
Gus Mus mencontohkan, ada tokoh agama yang menyuruh umat untuk hidup sederhana, tetapi dirinya sendiri menampilkan kekayaan. Ada yang menyuruh rukun, namun dalam saat yang sama memprovokasi umat. Tentu saja ini menjadi problem karena sikap dan perilakunya tidak sesuai dengan perkataannya.
“Ustad menyuruh sedekah, tetapi dia sendiri pelitnya minta ampun. Menyuruh rukun, tapi dia sendiri provokator. Ini kan sangat membingungkan,” ungkap Gus Mus.(hsn)