Menag: Bedakan Politik Agama Dan Politisasi Agama

Jakarta, 5News.co.id – Inti pesan Agama adalah memanusiakan manusia agar harkat martabat manusia terlindungi dan terpelihara dengan sebaik-baiknya, ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sebuah dialog kebangsaan di Jakarta, Selasa (24/7)

Baca Juga: Jokowi: Persatuan Adalah Kekuatan Pembendung Tekanan Global

“Agama mengajarkan kedamaian, karena kita hakekatnya bersaudara meskipun realitasnya kita majemuk dan beragam,” kata Menag dalam Silaturahmi Kamtibnas Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Tokoh Pemuda tahun 2018 yang digagas Polri.

Dalam Islam misalnya salam atau menyapa orang kala bertemu, lanjut Lukman, itu artinya tidak sekadar doa keselamatan namun juga komitmen untuk menjamin sesama saudara untuk senantiasa berada dalam keselamatan dan kedamaian.

“Mengapa kedamaian sangat diperlukan dalam agama, sebab dalam wilayah yang damai lah nilai-nilai agama bisa diamalkan,” lanjut Menag.

Menag juga menyinggung relasi politik dan agama. Menurutnya agama mengajarkan rahmat dan kedamaian sedangkan politik bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat. Namun berbeda dengan politisasi agama.

“Kita harus bijak mencermati perbedaan antara politik agama dengan politisasi agama. Politik agama adalah pemahaman dimana dalam berpolitik nilai agama menjadi pijakan utama bahkan menjadi ruh, jiwa, spirit dan landasan dalam aktivitas politik. Sementara politisasi agama kebalikannya, yakni menjadikan nilai-nilai agama sebagai sarana untuk mencapai agenda dan target politik,” lanjutnya.

Baca Juga: PBNU: Perkuat Persaudaraan dan Persatuan

Menurutnya, akhir-akhir ini politisasi agama menjadi persoalan serius bagi kehidupan beragama dan berbangsa di Indonesia.

Menag berpesan menjelang Pilpres 2019, bahwa Indonesia adalah negara agamis, maka kewajiban dan tanggungjawab kita segenap bangsa Indonsia untuk menjaganya tetap damai dan jangan terprovokasi pihak-pihak tidak bertanggung jawab.(ma)