Presiden Joko Widodo saat memberikan penjelasan kepada awak media terkait istilah ‘politik genderuwo’, Jumat 9 November 2018.
Jakarta,5News.co.id,- Presiden Jokowi kembali memunculkan istilah baru dunia perpolitikan di nusantara. Setelah sebelumnya menyebutkan istilah ‘politikus sontoloyo’, kini calon presiden nomor urut 02 itu kembali melontarkan istilah baru, yaitu ‘politik genderuwo’.
Politikus Sontoloyo
Istilah ‘politikus sontoloyo’ terlontar saat Presiden RI itu membagikan 5000 sertifikat hak atas tanah kepada masyarakat di Lapangan Sepak Bola Ahmad Yani Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, beberapa minggu lalu.
Jokowi mengaku jengkel terhadap politikus yang mengadu domba, fitnah, dan memecah belah untuk meraih kekuasaan.
“Hati-hati, banyak politikus yang baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo. Ini saya ngomong apa adanya saja sehingga mari kita sharing, kita filter, mana yang betul dan mana yang tidak betul. Karena masyarakat saat ini semakin matang dalam berpolitik,” kata Jokowi.
Politik Genderuwo
Istilah ‘politik genderuwo’ dilontarkan Jokowi ketika membagikan sertifikat tanah kepada masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Jumat (9/11) kemarin. Dikutip dari Kontan.co.id, Jokowi menyebut politik yang dilakukan dengan propaganda dan menakut-nakuti sebagai politik genderuwo’.
Politikus menakut-nakuti itulah yang dia sebut sebagai ‘politik genderuwo’. Mereka pandai mempengaruhi, membuat kata-kata yang membunuh masyarakat tanpa adanya etika dan sopan santun dalam berpolitik yang baik.
“Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti,” imbuhnya.
“Jangan sampai seperti itu. Masyarakat ini senang-senang saja kok ditakut-takuti. Iya tidak? Masyarakat senang-senang kok diberi propaganda ketakutan. Berbahaya sekali,” lanjut dia.
Jokowi meminta jangan sampai propaganda ketakutan menciptakan suasana ketidakpastian atau munculnya keragu-raguan. Karena menurutnya, aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, persaudaraan, kerukunan.
“Jangan sampai rugi besar kita ini, karena pas setiap lima tahun itu ada pilihan bupati, gubernur, wali kota ada terus. Jangan sampai (pecah) seperti itu,” katanya.
Ungkapan Jokowi tersebut ditujukan agar masyarakat berhati-hati terhadap isu-isu politik saat ini yang dapat menggoyahkan bangsa Indonesia. Dia menegaskan, jangan sampai bangsa ini goyah dan terpecah belah karena gerakan politik yang tidak beretika.(dho)