Pati, 5News
“Puisi Gus Mus yang dibaca Ganjar adalah hal yg positif dan tidak bermuatan politik sedikitpun. Bukankah muslim selalu memanggil2 Allah di setiap saat.” Demikian tanggapan Rusydi SPdI,
anggota Komisi B DPRD Kab Pati, saat ditemui wartawan di lobi DPRD Kabupaten Pati, Selasa (10/4), sekaitan puisi Gus Mus yang dibacakan oleh Calon Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Calon Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sempat diserang dengan isu SARA saat membacakan puisi karya Gus Mus berjudul ‘Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana?’. Puisi itu dibacakan Ganjar dalam program
talkshow Kandidat Jawa Tengah di sebuah stasiun TV Nasional, pada awal bulan Maret lalu. Isu SARA kemudian menyebar ke media sosial dan menuai reaksi pro-kontra dari warganet Jawa Tengah.
Isu SARA ini bermula saat seorang
pemandu salah satu program acara TV One, Muhammad Agung Izzulhaq. Dalam akun twitternya @agungizzulhaq menyebut puisi yang dibacakan Ganjar menghina Islam dan penciptanya adalah orang dungu. Kemudian Agung menyesali postingannya setelah tahu bahwa pencipta puisi tersebut adalah Gus Mus. Agung pun meminta maaf kepada Gusmus dan Ganjar. Permintaan maaf juga disampaikan melalui akun twitternya.
Sementara itu, Tim Hukum Ganjar-Yasin mengadukan Ketua Forum Umat Islam Bersatu (FUIB), Rahmat Himran ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jateng, Senin (9/4/2018), pengaduan tersebut berdasar dugaan penyebaran isu SARA terkait pembacaan puisi milik KH Mustofa Bisri, atau Gus Mus oleh Ganjar Pranowo.
“Kami minta maaf sebesar-besarnya pada Gus Mus dan keluarga besar NU karena puisi yang dibacakan Pak Ganjar ternyata puisi Gus Mus,” kata Ketua Umum Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Rahmat Himran. Permohonan maaf itu disampaikan Rahmat dalam konferensi pers di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Selasa (10/4) kemarin.
“Mereka laporkan kami no problem. Saya selaku ketua umum FUIB bertanggung jawab, karena yang perlu digarisbawahi itu puisi Gus Mus,” imbuhnya.
Menanggapi polemik ini, Ganjar Pranowo menyatakan, “Saya senang yang bersangkutan mengakui kedunguan dan meminta maaf. Karena sudah minta maaf dan komunikasi dengan saya, ya saya maafkan,” kata Ganjar usai deklarasi pemenangan di Kantor DPC PDIP Demak, Minggu (8/4/2018). Ganjar pun menganggap persoalan sudah selesai dan tak perlu diperpanjang.
“Fitnah yang beredar adalah Ganjar-Yasin menista agama. Itu tidak benar. Mari kita jawab dan respon isu seperti itu secara bersih, santun. Jangan balas fitnah dengan fitnah,” ujar Gus Yasin, calon wakil gubernur yang berpasangan dengan Ganjar.
Menanggapi hal ini, Anis Sholeh Ba’asyin, Pengasuh Rumah Adab Suluk Maleman, menyatakan, “Polemik tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan kita sebagai bangsa kita sedang merosot. Kita dibuat bodoh oleh kepentingan-kepentingan.”
Ahmad Qoif Ijnurin, Ketua Bidang Kepemudaan DPC PPP Kab Pati, menyatakan “Saya berharap generasi muda saat ini harus cerdas dlm menyikapi situasi menjelang pesta demokrasi di thn ini dan 2019 mendatang. Karena generasi muda inilah yg nantinya akan berperan di panggung politik menggantikan seniornya. Politisi muda hrs mengedepankan estetika dalam berpolitik praktis sehingga dapat memahami batasan2 dalam menyikapi setiap momen politik.”
Husain Abdulrachman, seorang tokoh masyarakat, dalam hal ini mengatakan, “Polemik ini muncul dikarenakan pemahaman agama yang dangkal dan tekstual.” (hsn)