Washington, 5News.co.id,- Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan penarikan pasukannya dari Suriah dengan alasan telah berhasil mengalahkan ISIS di Suriah. Ini merupakan pernyataan publiknya yang kedua setelah pernyataan sama diucapkan Trump pada pidato di Ohio pada pekan lalu.
“Saya ingin keluar. Saya ingin membawa pasukan kami pulang. Operasi militer di Timur Tengah menghabiskan banyak biaya yang totalnya sekitar US$7 triliun atau sekitar Rp 96 ribu triliun selama beberapa tahun terakhir. Terkadang, sudah saatnya untuk pulang. Dan kami memikirkan ini dengan sangat serius.” kata Trump pada saat jumpa pers bersama para pemimpin Latvia, Lithuania, dan Estonia, Sabtu (5/1) di Washington.
Lewat cuitannya di akun @realdonaldtrump, Trump juga mengutip rencananya untuk menggunakan uang ini pada proyek perbaikan infrastruktur AS, yang menurutnya mengalami banyak kerusakan di berbagai daerah.
Akibat pernyataan Trump tersebut, Menteri Pertahanan Jim Mattis mengundurkan diri dari jabatannya karena sudah tidak sepemikiran lagi dengan Trump.
Menurut seorang bekas pejabat yang dekat dengan Gedung Putih, beberapa pejabat di AS sudah menasehati Trump untuk tidak menarik pasukannya dari Suriah. Trump membuat keputusan tersebut karena untuk memenuhi janji kampanye presiden tahun 2016 dengan membatasi keterlibatan militer AS di luar negeri.
Saat ditanya siapa yang diuntungkan dari keputusan Trump ini, pejabat ini menjawab,”Rusia diuntungkan secara geopolitik, dan Iran secara regional.”
Seorang sumber lainnya dari militer AS mengatakan secara anonim bahwa perintah penarikan pasukan dari Suriah mengejutkan para komandan di lapangan.
“Trump akan kehilangan perdamaian di Suriah meskipun pangkalan ISIS telah dihancurkan karena menarik pasukan”, ungkap seorang pensiunan militer Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Jack Keane“
“ISIS akan kembali, Iran menjadi ancaman lebih besar yang akan menguasai Suriah, Israel berada dalam bahaya,” kata Keane, yang diproyeksikan bakal menggantikan Menteri Pertahanan Jim Mattis.(mra)