Pameran bertajuk ‘Kuntul Baris’ diresmikan oleh Wakil Bupati Jepara,Dian Kristiandi S.Sos, Sabtu (24/11).
Jepara– 5News.co.id – Wakil Bupati Jepara, Dian Kristiandi S.Sos semalam, membuka pameran seni rupa sekaligus peresmian Gallery Serupa Artspace yang bertempat di Yayasan Seni Untuk Bangsaku di Jl. Jepara Lebak desa Wonorejo Jepara , Sabtu (24/11). Dian mengingatkan budaya gotong royong yang merupakan ciri budaya Indonesia jangan sampai hilang.
“Meskipun kita berbeda yang penting kita guyub dan rukun. Budaya Indonesia inilah yang menjadikan negara kita bisa bersatu meskipun berbeda suku dan Bahasa,” ujarnya dihadapan warga dan para seniman itu.
Pameran yang mengusung tema ‘Kuntul Baris’ itu upaya seniman Jepara dalam mengingatkan masyarakat akan pentingnya budaya gotong royong yang mulai hilang. Sebagaimana filosofi dari lagu lama kuntul baris tinggalan budaya Jawa kuno itu.
Menurutnya, di tengah masyarakat yang dilihat bukan agama dan kepercayaannya tapi kebersamaan dan manfaat bersama.
“Meskipun bebas menyalurkan kreasi dan seni dan menyesuaikan diri dengan kemajuan yang ada, namun jangan lupa dengan budaya bangsa sendiri yang adiluhung.” ujar Politikus kader PDIP itu.
Gallery Serupa resmi dibuka setelah ‘Andi’ menyalakan obor di depan pintu galeri dan pengunjung pun bebas menikmati karya-karya perupa dan pelukis Jepara yang terpampang di dinding Galeri itu.
Pamerannya sendiri akan dibuka dari tanggal 22 November hingga 22 Desember dengan berbagai workshop, dengan menyasar seniman muda, khususnya anak-anak.
Menurut ketua Yayasan Serupa, Budi Karya, yayasannya konsen dalam pengembangan seni budaya khususnya seni rupa, meskipun tidak menutup diri dengan seni-seni lainnya yang ada di Jepara.
Meskipun usia yayasan yang diampunya belum ada setahun, namun komunitas seniman sendiri sebagai cikal bakal yayasan sudah ada sejak tiga tahun lalu, akunya.
‘Kuntul Baris sebagai tema pameran, mengingatkan kita pada budaya gotong royong dan kerukunan. Petuah Jawa kuno yang mengakar di tengah masyarakat desa,” ujar pelukis asal Purwodadi yang sudah menjadi warga Jepara itu.
Harapannya ke depan, lanjutnya, seniman Jepara betul-betul menyadari dan kembali menjaga nilai-nilai kebudayaan baik dalam seni rupa, ukir, patung, batik maupun karawitan dan seni lainnya.
Mario Alprino Mogot, selaku Ketua Panitia acara juga berharap jiwa gotong royong kembali muncul, karena hilangnya silih asih di tengah masyarakat adalah bentuk kegelisahan para seniman.
“Karena seniman dan budayawan bisa meneguhkan kembali jati diri bangsa lewat budaya yang kian tipis di tengah gencarnya budaya luar,” lanjutnya.
Seniman-seniman dari Jepara sendiri yang tergabung di Serupa sering menggelar pameran, pernah dua kali menggelar ‘Distorsi Harmoni’ di Jepara kota dan di Kemojan Karimun Jawa.
Rencananya kedepan, akunya, yayasan Serupa menjadi database seniman dan budaya lokal Jepara dari beragam seniman yang ada di desa Wonorejo dan kabupaten Jepara.
Acara malam itu dimeriahkan dengan lelang lukisan Karya Fredo Cahyadi dengan judul Kuntul Nyusuh, yang dikerjakan selama 8 menit pada malam itu. Kurator dari Jepara menghargai kaya lukis impresionis itu seharga 5 juta rupiah.
“Hasil lelang karya saya ini, saya dedikasikan untuk yayasan Serupa,” kata pelukis jebolan UNES itu disambut riuh tepuk tangan hadirin.
Fredo mengaku, karyanya dengan judul ‘Nelayan Mandi’ adalah karya terbaik yang ia buat selama ini. Karena memiliki pesan sosial yang kuat akan kebersamaan para nelayan, akunya.
Acara malam itu juga diiringi karawitan Randandeh, sebuha grup karawitan dari Wonorejo sendiri yang digawangi anak-anak muda. Panitia pun menyediakan kopi, teh, kacang dan ubi rebus menemani penikmat seni malam minggu yang cerah itu. (mas)