Ngaji bareng KH Umar Faruq dan KH Abdullah Umar Fayumi serta Kiai M. Zaim Jaelani atau Gus Zaim Ngrekso Mizan, dalam acara Ngrekso Mizan Mbangun Kabudayan Margotuhu Kidul, Margoyoso Pati, Rabu (21/11).
Pati, 5News.co.id,- Akhir-akhir ini banyak para pemuda yang mulai sadar akan daerahnya. Penggalian sejarah dan pengembangan potensi mulai ramai dilakukan. Salah satunya adalah para pemuda desa Margotuhu Kidul, kecamatan Margoyoso, Pati, yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna “Tuhu Asih”.
Melalui acara “ngaji bareng” dalam rangka haul leluhur desa, Syeikh Ahmad Mizan sekaligus maulid Nabi Muhammad saw, mereka mengkaji sejarah untuk memupuk spirit demi memajukan desa. Tajuk yang diangkat adalah “Ngrekso Mizan, Mbangun Kabudayan”.
Acara tersebut dilaksanakan di desa Margotuhu Kidul, Rabu (21/11) malam, dengan mendatangkan narasumber KH Umar Faruq dan KH Abdullah Umar Fayumi serta Kiai M. Zaim Jaelani atau Gus Zaim sebagai moderator. KH Umar Faruq mengingatkan para hadirin pada akhlak Nabi Muhammad saw yang disebutkan dalam kitab maulid yang dibaca umat muslim selama 12 hari di bulan Rabiul Awwal, yaitu pemalu, rendah hati, dan mandiri. Tiga karakteristik ini pula yang mencolok dalam diri Syeikh Ahmad Mizan menurut KH Abdullah Umar Fayumi yang akrab disapa Gus Umar.
Gus Umar menambahkan, Mbah Mizan mampu menerjemahkan spirit-spirit tasawuf yang abstrak dan melangit ke dalam pergerakan kemasyarakatan yang membumi. Masih menurut kiai muda asal Kajen, Margoyoso itu, Mbah Mizan didatangkan dari Tuban oleh guru sekaligus pamannya yaitu Kiai Ahmad Mutamakkin untuk memakmurkan desa Margotuhu.
Awalnya air desa itu cenderung payau, langkah awal yang dilakukan Mbah Mizan adalah membangun kanal-kanal air tawar serta sistem irigasi dari Kajen untuk mengairi sawah dan kebutuhan lainnya. “Sekarang saluran-saluran air itu masih bisa dilacak”, tutur Gus Umar.
Ada tiga sektor pembangunan yang dirintis oleh Syeikh Ahmad Mizan pada waktu itu, yaitu pertanian, peternakan dan perikanan. Tiga hal itu jadi potensi utama desa Margotuhu Kidul yang bisa dirasakan sampai sekarang. “Makanya tidak heran kalau Margotuhu Kidul jadi sentra bibit lele, itu karena warisan ilmu dan tradisi yang dibangun Mbah Mizan”, kata Gus Umar. Memang Desa Margotuhu Kidul saat ini jadi pensuplai bibit lele terbesar di Jawa Tengah. Setiap bulannya, lebih dari 25 juta bibit lele mampu dihasilkan oleh beberapa kelompok ternak desa tersebut.
Acara juga diisi dengan dialog. Bapak Hartono, salah satu petani mengeluhkan anak muda sekarang yang semakin menjauh dari kegiatan pertanian. KH Umar Faruq pun menjawabnya dengan menyampaikan petuah Nabi saw yang menyebutkan bahwa meskipun kiamat sudah datang dan di tangan kita ada satu bibit tanaman, maka kita harus menanamnya.
Warga desa, terutama para pemuda tampak mendengarkan ulasan dua narasumber dengan seksama dan mendapatkan suntikan semangat baru untuk lebih memajukan desa di bidang pertanian dan peternakan.
Acara tersebut juga diisi pembacaan puisi penyair Ammar Abdillah dari Tayu serta tembang-tembang Jawa oleh seniman kecapi suling, Kang Ujang dari Blora. (abd)