
5NEWS.CO.ID,- Kita tentu sudah pernah mendengar sebuah analogi tentang sapu. Misalkan ada beberapa lidi kemudian disatukan dan diikat dengan sebuah ikatan, apakah yang terjadi selanjutnya? Apa yang kita temui kemudian pada lidi-lidi yang terikat dengan sebuah ikatan itu?
Sudah pasti lidi-lidi yang telah disatukan dengan ikatan itu menjadi kuat. Antara satu lidi dengan lidi lainnya telah saling menguatkan.
Jadi ketika kita melakukan silaturrahmi, kita berkunjung ke rumah teman atau saudara atau siapa saja, sebenarnya hal itu sama saja kita sedang membuat ikatan dengan seseorang tersebut. Dalam hal ini ikatan batinlah yang sedang terjadi. Antara kita dan dia yang kita kunjungi telah terjadi sebuah penyelarasan perasaan. Di sinilah sebuah proses penumbuhan sikap empati pada masing-masingnya termunculkan.
Harus kita ingat, bahwa apa yang kemudian menumbuhkan sikap empati tersebut adalah karena telah terjadi kontak intens dalam sebuah bahasa yang paling jujur yakni bahasa tubuh. Hal inilah yang sesungguhnya membuat silaturrahmi dengan cara bertemu langsung tidak bisa tergantikan efeknya dengan apapun.
Artinya, bahwa jika diantara kita ada yang mengatakan “Cukuplah silaturrahmi itu dengan ponsel kita”, entah hal itu dilakukan dengan telepon maupun short massages, maka sesungguhnya hal ini tidaklah akan bisa menyebabkan diperolehnya manfaat sebagaimana silaturahmi langsung dengan tatap muka.
Jadi persoalan bahwa hal itu bisa menjaga sebuah hubungan, mungkin ini bisa dibenarkan. Hanya saja bahwa hal itu bisa juga mendatangkan manfaat dari sebuah silaturrahmi, itulah yang dipertanyakan. Sekali lagi, salah satu argumentasi termudah di sini adalah karena tidak ada kontak bahasa tubuh yang terjadi, dimana dari sinilah sumber munculnya manfaat dari sebuah silaturrahmi sebagaimana yang kita ketahui.
Kita tentu ingat tatkala dulu kita melakukan silaturrahmi, kita merasakan betapa sebuah ikatan perasaan sedang terjadi ketika itu. Setelah melakukan silaturrahmi apa yang terjadi kemudian masuklah ke dalam diri kita sebuah tambahan kekuatan batin, dan juga dalam hal ini akan terjadi pula pada seseorang yang kita kunjungi.
Setidaknya ikatan yang telah terjadi tersebut adalah bentuk rizki yang kita terima, dimana dengan silaturrahmi yang kita lakukan telah membuat perasaan positif terbangun dalam diri kita. Dan sebagaimana kita ketahui dengan perasaan positif maka akan lebih tenanglah jiwa kita yang kemudian hal ini akan mempengaruhi bagaimana kita di dalam menghadapi persoalan yang sedang kita hadapi.
Jadi makna terdalam dari sebuah ikatan sesungguhnya adalah terdapat di dalam pengaruhnya terhadap jiwa kita. Sebagaimana hal ini merujuk kepada makna harfiah dari silaturrahmi itu sendiri, dimana seperti yang kita ketahui bahwa kata silaturahmi berasal dari dua kata, yaitu shilah dan rahim. Shilah artinya hubungan dan rahim artinya kasih sayang, persaudaraan, atau rahmat Allah ta’ala. Jadi silaturahmi atau silaturahim berarti menghubungkan kasih sayang, persaudaraan karena Allah, sehingga rahmat Allah menyertai ikatan itu.
Dengan perjumpaan langsung, maka muncullah rasa persaudaraan dalam diri kita masing-masing. Demikianlah memang fitrah kita, seperti yang telah Allah SWT firmankan dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 10: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.”
Begitu dalam makna bersaudara dan begitu banyak manfaat yang akan diperoleh dari sebuah persaudaraan sehingga kita melihat betapa Allah SWT telah mengingatkan satu hal penting yakni agar kita selalu memperbaiki hubungan antar sesama muslim demi mendapatkan rahmat dari Allah SWT: “Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Sudah seharusnya kita takut kepada Allah jika menjauhi menjalin hubungan antar sesama, karena yang demikian ini hanya akan menjauhkan kita dari rahmat Allah.
Dan apakah yang terjadi jika rahmat Allah jauh dari kita? Sesungguhnya ini adalah sebuah kecelakaan hidup yang paling tragis bagi seseorang yang mengalaminya. Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang tidak berharap akan rahmat Allah demi kemaslahatan hidupnya.
Maka catatlah hal ini dalam-dalam di benak kita. Sadar atau tidak, kita tetap selalu berharap rahmat Allah. Karena rahmat Allah-lah yang menjadikan kehidupan ini berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan kita hanyalah bagian kecil dari makhluk yang segalam keterbatasan. Bayangkan, bagaimana mungkin seseorang yang dengan segala keterbatasan ini akan menggiring kehidupannya ke arah yang lebih baik, sedangkan kehidupan yang lebih baik tidaklah terlepas dari rahmat Allah?
Jadi dari sini sudah tentu kita paham apa yang kemudian terjadi tatkala rasa persaudaraan telah muncul dalam diri setiap kita. Apapun persoalan yang dihadapi akan menjadi mudah karena akan begitu terang jalan keluar yang terlihat. Adanya ikatan tali persaudaraanlah yang akan saling membantu menunjukkan atau menampakkan jalan keluar itu. Ini adalah bentuk rahmat Allah yang kita terima disebabkan telah membina tali persaudaraan.
Hati yang telah terikat antara satu dengan yang lainnya akan memunculkan sisi manusiawi dalam diri seseorang untuk mengulurkan bantuan terhadap orang lain yang telah terikat dengannya itu. Apalagi jika nyata-nyata orang lain tersebut datang kepadanya dalam keadaan sedang membutuhkan bantuan. Tentu karena rasa empatilah yang telah muncul dengan lebih mudah pula pada orang yang secara jiwanya sudah terikat tali persaudaraan disebabkan silaturrahmi yang telah terbina.
Ingatlah apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 7: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Tidakkah kita menginginkan termasuk ke dalam orang-orang yang diberi rahmat Allah? Bukankah kita menginginkan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dari silaturrahmilah sumbernya. Kita akan mendapatkan semua itu dengan membina tali silaturrahmi, dimana tali silaturrahmi yang terbina akan mendatangkan efek positif pada hati yang mudah terketuk sehingga sesama muslim akan saling menebarkan kebaikan dan saling memberikan pertolongan antara satu dengan lainnya yang membutuhkan.
Sekali lagi, inilah makna terdalam silaturrahmi. Ini adalah makna ikatan persaudaraan, dimana semata-mata hal ini untuk kebaikan kita demi kehidupan yang lebih baik dalam hal apapun, termasuk adalah dalam hal perbaikan kehidupan ekonomi kita. (Dhiya El Malik)