
PANGKALPINANG, 5NEWS.CO.ID,- Dirinya mengusung irama musik Melayu. Jari jemari tangan kanan dan kirinya begitu lincah. Hinggap dan berpindah dengan cepat, melompat kesana kemari. Tampak sangat piawai dalam memetik senar dari benda yang mirip gitar tersebut. Ciamik, terdengar alunan nada merdu nan elok dari denting suara dawai.
Zaroti, telah mahir dan menjadi pemain ‘Dambus’ sejak berusia 14 tahun. Ia juga merupakan generasi ke-3 sebagai pembuat alat musik petik tradisional khas Provinsi Bangka Belitung.
Pria 64 tahun tersebut adalah maestro di bidangnya. Segenap perasaan berkecamuk, tergerak, hingga memutuskan menjadi perajin sejak tahun 2000 lalu. Niat tulus demi melestarikan kearifan lokal asli di Bumi Serumpun Sebalai.
Warga Air Itam Kota Pangkalpinang itu menyebut, bahwa per unit membutuhkan waktu sekitar 15 hari guna menyelesaikannya. Mulai memotong balok dari kayu tertentu, membuat pola, memahat, mengukir dan memberi ruang untuk menghasilkan bunyi yang khas.
“Fungsinya ini supaya bikin suaranya itu lebih bagus. Sekarang sudah ada triplek, mungkin sudah diganti dengan menggunakan triplek. Lebih mudah dan lebih cepat selesainya. Kalau talinya memang dari jaman dulu menggunakan tali senar pancing,” ungkapnya.
Alat musik petik Dambus memiliki ciri seni unik pada bagian ujungnya. Tampak kepala rusa berbahan kayu yang langsung menyambung ke body. Dikisahkan, yang dipasang sesungguhnya adalah kepala asli dari satwa bersangkutan, yang kala itu masih banyak terlihat di belantara.
“Akhirnya kepala rusa ditaruh di bagian kepala Dambus itu. Mungkin terpikir dibenaknya, dibikinlah satu kayu berkepala rusa. Oleh karena itu, ciri khas Dambus Bangka Belitung ini berbeda dari provinsi lainnya. Kita yang punya Dambus berkepala rusa,” imbuh Zaroti, Rabu (10/2/20).
Tak bisa dipungkiri, berkat jasa-jasanya ia menorehkan berbagai penghargaan. Mulai dari Pemerintah Kabupaten/Kota, hingga dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. Bahkan, Dambus sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional asal Bangka pada tahun 2013.
Eksistensi kualitas kreasi Zaroti telah masyhur dan banyak diminati penikmat seni dari negeri seberang. Ratusan buah telah terjual dan tersebar ke Malaysia, Singapura, Australia, China dan Jepang. Dengan satuan harga 2,5 – Rp 3,5 juta sesuai ukuran dan motif. (h@n)