Yu Patmi Mengadili Perusak Bumi, Tema Hari Pahlawan Petani Kendeng

Petani Kendeng membentangkan poster usai acara Brokohan memperingati Hari Pahlawan 10 November 2021, Rabu (10/11/2021) di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.
Petani Kendeng membentangkan poster usai acara Brokohan memperingati Hari Pahlawan 10 November 2021, Rabu (10/11/2021) di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah.

Pati, 5NEWS.CO.ID,- Petani Kendeng memperingati Hari Pahlawan, 10 November 2021 dengan tema “Patmi mengadili Perusak Bumi”.  Yu Patmi adalah aktivis perempuan yang meninggal dunia saat berdemonstrasi menolak pabrik semen di depan Istana Negara, Jakarta, pada 21 Maret 2017 lalu. Kala itu, Yu Patmi, bersama aktivis lainnya, mengecor kaki sebagai bentuk penolakan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara.

Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK), Gun Retno mengatakan, mengenang para pahlawan adalah mengenang mereka yang mengorbankan jiwanya demi memperjuangkan keadilan, ruang hidup dan kelestarian Ibu Bumi. Gun Retno menyebut mereka sebagai pahlawan kehidupan.

“Mengenang para pahlawan berarti mengenang pula pengorbanan Yu Patmi, Salim Kancil, dan masih banyak lagi jiwa yang melayang saat memperjuangkan ruang hidup,  kelestarian Ibu Bumi dan memperjuangkan keadilan,” kata Gun Retno melalui keterangan tertulis, Rabu (10/11/2021).

“Mereka adalah juga Pahlawan Kehidupan, yang berjuang bukan demi perut sendiri, tetapi berjuang bagi semua sedulur tani termasuk bagi kita semua agar alam ini tetap lestari memberikan penghidupan,” tambahnya.

JM-PPK juga merilis tembang Gambuh bagi perempuan pejuang lingkungan, Yu Patmi:

Patmi pahlawanku (Patmi adalah pahlawanku)

Wani mati kanggo anak putu (yang berani mati demi anak-cucu)

Merjuangke slamete Ibu bumi (berjuang menyelamatkan Ibu Bumi)

Dimen lestari alamku (agar alamku tetap lestari)

Patmi patriote bumi (Patmi Sang Patriot Bumi)

Pada peringatan Hari Pahlawan kali ini, para petani Kendeng menggelar kegiatan menanam dan berdoa di 7 kabupaten, meliputi Pati, Grobogan, Blora, Rembang, Bojonegoro, Tuban dan Lamongan. Kegiatan ini, tutur Gun Retno, bertujuan untuk mengingatkan masyarakat dan pemerintah bahwa semangat Yu Patmi akan terus bergelora melawan para perusak bumi.

“Acara Brokohan tersebur sebagai tanda ucapan syukur kepada Gusti ALlah yang telah mengaruniakan limpahan berkat, terus menanam sumber pangan, terus menghijaukan lahan gundul agar sumber air tetap terjaga,lestari serta terus menentang perusakan kawasan karst Pegunungan Kendeng yang terus menerus dikeruk hingga hari ini sebagai bahan baku semen,” tutur Gun Retno.

Para Petani Kendeng hingga kini menegaskan sikap menolak pembangunan pabrik semen. Menurut dia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memerintahkan untuk melindungi kawasan karst Kendeng (CAT Watuputih dll.) sesuai dengan hasil Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Pegunungan Kendeng.

“Kami juga tetap menolak pendirian pabrik semen di kawasan Pegunungan Kendeng,” pungkas Gun Retno.(hsn)