Yenny Wahid: Isu PKI Digulirkan untuk Konsolidasi Politik

Yenny Wahid: Isu PKI Digulirkan untuk Konsolidasi Politik
Foto tangkapan layar webinar Tragedi G30S dan Rekonsiliasi ala Gus Dur, Rabu (7/10/2020).

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Meski tragedi G30S PKI terjadi lebih dari lima puluh tahun lampau, tetapi isunya masih terus dimunculkan, terutama pada setiap akhir September. Berbagai fakta hingga kini masih menjadi misteri, penyelesaiannya pun berjalan di tempat.

Konsorsium Kader Gus Dur (KKGD), organ penerus perjuangan Gus Dur menggelar webinar bertajuk “Tragedi G30S dan Rekonsiliasi ala Gus Dur” pada Rabu (7/10/2020). Webinar ini diikuti ratusan peserta dengan Keynote Speaker Yenny Wahid, putri ke-2 Gus Dur yang juga Ketua Umum KKGD. Diskusi online itu juga menghadirkan narasumber Profesor AS Hikam selaku mantan Menristek Era Presiden Abdurrahman Wahid dan Zastro Al Ngatawi mantan asisten pribadi Gus Dur.

Yenny Wahid menyampaikan bahwa banyak orang yang takut secara berlebihan terhadap komunisme, padahal mereka tidak memahami apa itu komunisme sesungguhnya. Komunisme sendiri menurutnya tidak statis, tetapi dinamis, seperti Rusia dengan mayoritas penduduk Kristen Ortodoks dan Cina yang diprediksi akan menjadi negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia pada tahun 2050, menghapus stigma bahwa Komunisme anti terhadap agama.

“Komunisme sesungguhnya telah bangkrut karena gagal memahami karakteristik dasar manusia dengan hasrat dan ambisinya,” kata Yenny Wahid saat berbicara dalam webinar bertemakan Tragedi G30S dan Rekonsiliasi ala Gus Dur, Rabu (7/10/2020).

Di Indonesia sendiri, papar Yenny, PKI telah menjadi bagian dari sejarah masa lalu yang tidak mungkin bangkit lagi. Menurutnya, isu PKI digulirkan dengan tujuan konsolidasi politik. Sebagaimana dulu, isu PKI pernah menjatuhkan Soekarno dan menaikkan Soeharto menjadi presiden.

Dalam closing statemen-nya, Yenny menyampaikan bahwa bangsa Indonesia adalah korban peristiwa masa lalu. Oleh sebab itu, bangsa ini harus menempuh jalan rekonsiliasi yang digagas oleh para kyai sebagaimana telah diperjuangkan Gus Dur.

“Bangsa ini adalah korban. Bangsa kita masih mudah terprovokasi, baik dengan isu revolusi politik maupun isu agama. Pembantaian seperti pernah terjadi di masa lalu, masih mungkin terjadi lagi. Ini yang harus kita antisipasi bersama”, pungkas putri Gus Dur itu.(hsn)