Waspada!!! Pencurian Data Di Dunia Maya (2): Dark Web Dan Tempat Umum




Pratama Persadha (kanan) Pakar Keamanan Siber Cissrec

JAKARTA, 5NEWS.CO.ID,- Pada bulan Maret 2020, situs Tokopedia dilaporkan dibobol peretas. Adapun jumlah korbannya sangat mencengangkan. Disebutkan mencapai 98 juta pengguna, meliputi akun pembeli dan penjual!

Oleh hacker, data curian tersebut dijual di Dark Web seharga USD 5.000, atau setara Rp 74 juta. Sejurus kemudian, Toko Online tersebut mengklaim dengan memastikan, bahwa informasi penting pengguna seperti: password, kartu kredit dan nomor rekening tetap aman.

Mei 2020, kali ini giliran situs Bhinneka.com yang mengalami nasib serupa. Sebanyak 1,2 juta data pelanggan dicuri cracker atau hacker. Dijual di pasar gelap seharga USD 1.200 atau sekitar Rp 17 juta. Selanjutnya pengelola E-Commerce tersebut bergerak cepat, dengan menjamin informasi data konsumen tidak bocor dan terjaga. Hal mendesak yang dianjurkan adalah dengan segera mengganti password.

Namun aksi kejahatan virtual tak berhenti sampai di situ saja. Mengingat pemakai handphone juga diincar. Bisa kita, anda bahkan masyarakat awam jadi sasaran berikutnya. Di tempat umum merupakan area paling rawan akan terjadinya pencurian data pribadi. Sungguh miris!

“Orang berpikir bahwa yang diserang hackers itu hanya komputer saja atau laptop saja. Sekarang berubah. Gadget, handphone, tab dan lain-lain. Nah ini menjadi ancaman baru buat Kita,” terang Pratama Persadha, Pakar Keamanan Siber Cissrec, Minggu (21/6/20).

Menurutnya, modus pembobolan data nasabah dengan melibatkan pihak orang dalam bank itu sendiri, amatlah mudah dilakukan. Tapi, satu hal yang sangat berbahaya adalah dengan tiba-tiba saldo rekening seseorang bertambah secara drastis.

“Tapi bahayanya misalkan kalau nomor rekening kita, tiba-tiba dikirimi uang yang nggak jelas darimana? Digunakan untuk money laundry. Kita nggak ngerti apa-apa. Kita pasti akan ditanya. Ini kok Anda tiba-tiba dari rekening yang jumlahnya cuma100 ribu menjadi 100 milyar? Darimana?” imbuhnya.

Pratama amat menyayangkan kebiasaan orang Indonesia yang suka menyimpan data individu di handphone. Entah itu di Phonebook, Filetext dan lain-lain. Hal tersebut berpotensi besar disadap atau di inject malware semua informasinya. Bahkan di Vice Hardware-nya bisa dikontrol! (h@n)