Waspada!!! Pencurian Data Di Dunia Maya (1): Hacker




Ilustrasi sosok hacker

JAKARTA, 5NEWS.CO.ID,- Pada tahun 2019 total ada 4,1 milyar korban Hacker di dunia maya. Adapun sebuah penelitian di awal 2020 kemarin menyebutkan, bahwa sebanyak 40% pengguna internet di 23 negara pernah mengalami pencurian data pribadi. Tak terkecuali di Indonesia!

“Beberapa waktu yang lalu, Saya sempat kejadian kebobolan di salah satu akun E-Commerce. Bahwa Saya ada tagihan Pay Later sejumlah beberapa juta. Padahal Saya sendiri belum pernah menggunakan atau mendaftarkan Pay Later. Nah kemudian Saya buka aplikasi itu. Ternyata di history-nya ada 3 transaksi, yaitu tiket pesawat Jakarta-Lubuklinggau, Hotel di Medan dan nonton bioskop di Surabaya,” terang Dzulvina Utami, Rabu (17/6/20).

Dzulvina mengaku sempat terperangah dan syok atas peristiwa tersebut. Dengan kepala dingin, ia mencoba menenangkan emosi. Serta merta langkah terarah ditempuhnya.

“Akhirnya Saya memutuskan untuk komplain lewat sosial media. Setelah komplain itu kok lebih cepat diresponnya. Direspon positif, itu Saya agak lebih tenang. Paginya baru dibalas, dikonfirmasi. Ditanyakan identitas dan lain-lain. Nah, ternyata setelah dicek oleh pihak aplikasi tersebut, itu bukan Saya yang login. Sampai saat ini Pay Later-nya diblokir. Jadi Saya nggak bisa memakai sampai sekarang,” imbuhnya.

Berbagai modus ditempuh oleh para Cracker demi mengeruk keuntungan pribadi. Pembobolan data bisa diawali melalui SMS, Whatsapp, e-mail, situs belanja online dan lainnya.

“Tadinya SMS masuk ke hp Saya. Dia berusaha mau membuka akun Whatsapp Saya tanpa sepengetahuan Saya. Kalau ini adalah Anda, maka Anda bisa meng-klik tautan berikut. Karena itu bukan Saya yang mau masuk ke Whatsapp, jadi ya sudah dibiarkan aja,” ungkap Ivan Reynaldi, karyawan swasta.

“Ada e-mail masuk. Yang isinya adalah tagihan pembelian aplikasi. Padahal Saya nggak pernah beli aplikasi ke situ?” tambah Ivan.

Berbagai celah sekecil apapun coba dimanfaatkan oleh mereka dalam menjerat korban di jagat maya. “Bisnisnya” menghalalkan segala cara. Tiada lain, hanya satu yang menjadi tujuannya: Uang!

“Reaksi pertama pasti kaget karena ada transaksi-transaksi yang tidak Saya lakukan. Yaitu pembayaran ke sebuah situs game online dengan jumlah yang sangat fantastis. Dengan mata uang Rubel (Rusia), kalau dirupiahkan sekitar Rp 8 juta dan juga US Dollar,” ujar Fidi Falasuf Lukman, korban pencurian data.

Langkah cerdas dan efektif segera dilakukan Fidi. Mengganti password adalah opsi utama yang segera dilakukannya.

“Hal pertama yang Saya lakukan adalah ganti password. Kemudian ada notifikasi ke e-mail Saya. Saya diarahkan untuk memverifikasi data pribadi Saya melalui telepon. Bukti bahwa itu memang tidak dilakukan oleh Saya. Kita membuat pernyataan didalam pelaporan itu, bahwa transaksi-transaksi tersebut bukan Saya sebagai pemilik akun yang melakukannya (lagi),” tambahnya. (h@n)