Solusi Banjir pada Masa Kerajaan Kahuripan

Situs Kerajaan Kahuripan

Jakarta, 5NEWS.CO.ID, – Solusi mengatasi banjir di Jakarta sempat membuat silang pendapat antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. 

Berdasarkan Prasasti Kamalagyan 1037 Masehi (abad ke-11) masalah banjir yang terjadi di Kerajaan Kahuripan, Jawa Timur bisa diatasi. Akibat hujan deras, air Sungai Brantas meluap sehingga kegiatan ekonomi menjadi terganggu. Pada waktu itu Sungai Brantas dimanfaatkan sebagai jalur perdagangan.

Namun hujan deras yang mengguyur, menyebabkan air di Sungai Brantas meluap. Sehingga beberapa daerah disekitar Kerajaan terkena dampak banjir. Seperti Desa Lasun, Palinjwan, Sijanatyesan, Panjigantin, Talan, Decapankah, Pankaja dan Perdikan. Akibatnya mempengaruhi jumlah pemasukan pajak yang seharusnya disetor ke Kerajaan.

Raja Airlangga akhirnya membuat solusi dengan membuat dawuhan untuk mengatasi luapan air Sungai Brantas. Dawuhan artinya bendungan yang merupakan waduk digunakan untuk membendung luapan air.

Pada saat itu Raja Airlangga membangun tiga bendungan. Pertama, bendungan yang konstruksi bangunannya melintang sungai. Bertujuan untuk membendung air sungai, kemudian disalurkan di jalur pembagi. Kedua, bendungan yang tujuannya  dibangun di pematang sepanjang sungai. Bendungan ini  mencegah luapan air sungai pada musim hujan. Ketiga, kolam-kolam penampung air yang dibangun dekat pemukiman digunakan untuk irigasi pertanian. Setelah ketiga bangunan itu berdiri, penggelolaannya diserahkan kepada rakyat.

Strategi ini berhasil. Raja Airlangga mengatasi banjir dengan membangun bendungan dan merawat sungai. Sebelum wafat Raja sempat berpesan pada rakyatnya untuk merawat bendungan tersebut. (end)