Sejarah Kudeta di Partai Demokrat

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengajukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap vonis 14 tahun penjara yang dijatuhkan kepadanya di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (26/7). Foto ANTARA

Jakarta, 5NEWS.CO.ID,- Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang berujung pada terpilihnya Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat. Buntutnya, partai berlambang mercy itu kini terguncang hingga aksi-aksi kudeta dimasa lalu pun terungkap.

KLB itu menetapkan Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai ketua umum Partai Demokrat untuk periode 2021-2025 menggantikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), putra sulung SBY. Kubu AHY lalu menyebut KLB Dili Serdang sebagai kudeta terhadap kepemimpinan partai.

Presidium Perhimpunan Pergerakan Indonesia, Sri Mulyono, mengatakan bahwa saat Anas Urbaningrum menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, sejumlah kasus mencuat dan menggoyang kepemimpinannya. Menurut Sri Mulyono, kepemimpinan Anas dilucuti oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Enggak bisa kerja sama sekali, hingga pada 2013 awal, Februari 2013 Pak SBY melucuti kepemimpinan Anas. Jadi Ketua Umum Anas diambil alih oleh Pak SBY, Anas disuruh konsentrasi ke masalah hukumnya,” kata Sri Mulyono dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored, Minggu (14/3/2021).

Ia menceritakan, pada tanggal 8 Februari 2013, Anas Urbaningrum belum dijadikan tersangka dan baru dipanggil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sri Mulyono mengatakan, hari itu adalah awal mula kudeta yang dilakukan SBY terhadap kepemimpinan Anas.

“Inilah awal kudeta Partai Demokrat di sini ini, ini awalnya. Kenapa saya katakan kudeta? karena proses pengambilalihan ketua umum dari Anas ke SBY tidak melalui mekanisme AD/ART,” ungkapnya.

“Banyak lagi peristiwa-peristiwa sebelumnya, Pak SBY mengumpulkan semua ketua DPD I di Cikeas dengan tidak mengundang Anas sebagai ketua umum, ini juga ilegal dan ini arogan,” lanjutnya.

Sri Mulyono menyatakan bahwa pada hari ini para kader tersebut mencontoh apa yang dulu dilakukan oleh SBY. Pada kongres 2005 dan 2010, pemilihan ketua umum saat itu disebutnya berjalan sangat demokratis. Anas Urbaningrum dinyatakan sebagai pemenang dengan cara yang juga demokratis.

Di tahun 2013, tutur dia, SBY mengambil alih Partai Demokrat dari Anas Urbaningrum dengan cara yang tidak demokratis dan melanggar AD/ART. Sri Mulyono juga menyebut tidak ada lagi demokrasi di Demokrat setelah kejadian itu.

“Pak SBY mengangkat dirinya sendiri jadi ketum, calon tunggal, setelah itu Pak SBY mengondisikan aklamasi AHY calon tunggal, tidak ada lagi demokrasi. Jadi yang membunuh demokrasi dalam demokrat ya Pak SBY sendiri, bukan orang lain,” kata Sri Mulyono.

Senada, Salim Said menyebut justru Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai sosok yang terlebih dahulu melakukan kudeta terhadap partai tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kubu KLB Dili Serdang menilai SBY melakukan kudeta terhadap Partai Demokrat dengan menjadikan anaknya sebagai ketua partai.

“Saya menghubungi orang-orang itu. Jawaban mereka, itu yang melakukan kudeta pertama itu adalah Pak SBY terhadap orang Demokrat dan menjadikan anaknya menjadi ketua partai,” ungkap Salim saat diwawancarai Karni Ilyas dalam video yang diunggah di akun Youtube, Karni Ilyas Club, Kamis (11/3/2021).

Salim menjelaskan bahwa orang-orang itu menilai SBY telah membuat satu cara sehingga AHY dapat terpilih menjadi pimpinan Partai Demokrat tanpa kontroversi. Padahal, lanjut dia, mantan Presiden RI itu selama ini seringkali mengkritisi praktik nepotisme di tubuh partai.

“Yang menarik mereka juga bilang berkali-kali Pak SBY menyerang orang-orang yang nepotisme, tetapi mengangkat anaknya menjadi ketua partai menggantikan diri menjadi ketua partai. Orang-orang itu mengatakan kita tidak pernah menduga Pak SBY mendorong anaknya yang masih muda itu,” ujarnya.(hsn)