“Saya memang tidak pernah melakukan itu,” jelas Bupati Minahasa Selatan

Jakarta, 5News.CO.ID, -Bupati Minahasa Selatan, Tetty Paruntu tiba-tiba menjadi viral, saat kedatangannya di Istana Negara. Wanita yang berparas cantik, bertubuh tinggi ini menjadi pembicaraan dan viral di jagad digital dan media arus utama.

Kemeja yang dipakainya berwarna putih sama seperti kemeja sejumlah calon menteri yang di panggil Presiden Jokowi.

Kedatangan Tetty Paruntu ke Istana dibantah oleh pihak Istana karena tidak mengundang beliau.

“Gila apa saya kalau tidak diundang  saya datang ke istana. Saya bukan orang yang kurang pekerjaan,” tegas Tetty.

Alasan Tetty datang ke Istana karena sesuai panggilan Menteri  Sekretaris Negara, Pratikno, Minggu (20/10) pukul 22.00 WIB via WhatsApp.

Bupati Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, tiba di istana pukul 10.00 WIB. Sesuai arahan dari Mensesneg Pratikno, Tetty di minta berkoordinasi  dengan Kepala Biro Protokol, Pers dan Media, Sekretaris Presiden Bey Triadi Machmudin untuk mendapat akses masuk ke istana.

Setelah menunggu selama 1 jam, sekitar pukul  11.30 WIB protokol istana baru menemuinya.

Sebelumya Tetty diminta untuk mengisi formulir dan menandatangani  “Pakta Integritas” yang berisi beberapa hal. Yang intinya pertama, tidak tersangkut kasus hukum. Kedua kewarganegaraannya tidak berstatus ganda ( dwikewarganegaraan).

Tidak berapa lama Mensesneg Pratikno menemuinya. Beliau memberitahu Tetty telah menerima pesan singkat (SMS).  Pratikno meminta klarifikasi pada Tetty mengenai dua kasus.

Ketua DPD I Partai Golkar, Sulawesi Utara, Christiany Eugenia Paruntu (Tetty Paruntu) mengklarifikasi langsung di depan Pak Pratikno. Tetty pun membantah terkait kasus Bowo Sidik.

“Saya memang tidak pernah melakukan itu”, jelas Tetty.

Menurut juru bicara KPK, Febri Diansyah, Tetty pernah diperiksa sebagai saksi  dalam proses penyidikan dan persidangan  Bowo Sidik.  

“Tetty terlibat dalam kasus suap pada tanggal  26 Juni 2019. Dakwaan  KPK Bowo menerima suap sebesar 2,6 milliar dari Tetty atas kerja sama pengangkutan pupuk dan gratifikasi senilai 7,7 milliar terkait jabatannya sebagai pimpinan Komisi VI DPR, “ kata Febri Diansyah, Senin (21/!0).

 Untuk masalah soal mutasi ASN, Tetty pun membantah.

Tetty menjelaskan, dia memang pernah menjadi saksi dalam kasus Bowo, dan dalam persidangan Bowo tidak menyatakan kalau dirinya pernah memberi uang. Sudah clear, selesai.

Tetty mengaku, kejadian hari Senin siang kemarin tidak membuatnya kecewa. Apapun yang terbaik buat Pak Jokowi, Tetty tetap akan mendukungnya. (Tribun/end).